IND | ENG
Ini 4 Faktor yang Dikaji Kominfo Sebelum Impelementasi 5G

Ilustrasi | Foto: Freepik

Ini 4 Faktor yang Dikaji Kominfo Sebelum Impelementasi 5G
Eman Sulaeman Diposting : Rabu, 27 November 2019 - 17:33 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus mematangkan rencana penerapan teknologi 5G di Indonesia. Namun, sebelum benar-benar diimplementasikan, terdapat beberapa faktor yang diperimbangkan, sehingga pada saatnya dapat diimplementasikan secara mulus.

Keempat faktor tersebut adalah, waktu yang tepat untuk penerapan teknologi 5G, peluang infrastruktur sharing, bisnis model, serta kolaborasi antar operator untuk memperluas jaringan.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo, Ismail, mengtakan, kehadiran teknologi 5G merupakan sebuah keniscayaan. Sehingga, berbagai persiapan pun perlu dilakukan, sehingga pada saatnya, Indonesia bisa menerapkan teknologi 5G secara baik.

“Fakta membuktikan bahwa tidak ada yang bisa membendung teknologi. Ketika teknologi sudah datang, ya mau gimana lagi. Kita harus bisa beradaptasi dengan cepat untuk menyambut teknologi baru tersebut,” kata Ismail saat konferensi pers Embarking 5G: A Persuit to Digital Destiny di Jakarta, Rabu (27 November 2019).

Keempat faktor tersebut, pertama, waktu yang pas mengimplementasikan 5G. “Tujuannya menghindari market failure (kegagalan pasar) dari sisi permintaan dan suplai,” ungkap Ismail.

Sebab, penetapan frekuensi 5G akan mengkaji banyak tidaknya vendor yang mendukung. Misalnya, di frekuensi A, banyak vendor yang mendukung baik dari sisi perangkat sistem maupun jumlah perangkatnya.

Semakin banyak perangkat yang menggunakan 5G, maka investasinya akan lebih murah. Hal ini mendorong perusahaan telekomunikasi menyediakan layanan dengan jaringan internet tersebut.

Dari segi fiber optik, dia, menyarankan agar operator mengembangkan aplikasi lokal untuk 5G. “Jangan sampai kita menggelar infrastruktur tetapi menggunakan aplikasi dari asing,” kata Ismail.

Kedua, mendorong operator untuk berbagi infrastuktur (infrastructure sharing). Riset McKinsey menunjukkan, berbagi infrastruktur mengurangi biaya investasi 5G hingga 40%.

Menurut Ismail, operator di Indonesia belum bisa bersinergi terkait infrastruktur. “Indonesia masih dalam kondisi yang belum seimbang antar operator yang sharing infrastruktur. Jadi pemecahan masalahnya terlebih dahulu,” jelas Ismail.

Ketiga, bisnis model. Ismail mengatakan, pentingnya menentukan bisnis model yang inovatif agar implementasi 5G bisa maksimal, bukan hanya untuk komersial tetapi juga publik. Oleh karena itu, operator perlu mengembangkan model bisnis kreatif.

“Kami perlu memikirkan kontribusi 5G untuk kepentingan sumber daya manusia (SDM), sektor pendidikan, kesehatan hingga masyarakat di pelosok Tanah Air,” tutur Ismail.

Keempat, kolaborasi dan perluasan jaringan. Dari penggelaran 5G yang sudah ada, perlu kolaborasi antar perusahaan telekomunikasi dan memperluas lini bisnis.

“Ini berkaitan dengan pengambilan keputusan antaroperator mengenai permintaan, suplai, dan ekosistem. Perlu pertimbangan menyeluruh,” imbuh Ismail.

#5g   #kominfo   #frekuensi   #26ghz   #teknologi5G   #ismaildierjensdppi

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Menkominfo Tantang Media Adopsi Perkembangan Teknologi
INA Digital Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik dalam Satu Aplikasi