
Ruby Alamsyah | Foto: Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Ruby Alamsyah | Foto: Faisal Hafis/Cyberthreat.id
Cyberthreat.id - Pakar forensik digital dan keamanan siber, Ruby Alamsyah, mendeteksi jumlah serangan Phishing ke Indonesia meningkat drastis dalam dua bulan terakhir. Menurut dia, level serangan tersebut sudah sampai ke tahap serangan masif yang menyasar akun per akun mendetail hingga serangan ke layanan di Cloud.
"Ini bukan orang awam saja yang kena, kaum intelektual tinggi pun juga kena," ujar Ruby dalam program Ngobrol Pintar (Ngopi) Kompas TV, Selasa (19 November 2019).
Ia mencontohkan, modus yang paling umum dilakukan adalah mengirim link-link berupa Phishing dimana si korban merasa tidak sadar bahwa itu ancaman dan serangan berbahaya.
"Misalnya, Hai Ruby, Anda barusan beli alat ini. Kalau benar klik yes, dan kalau salah klik no. Nah, ini Phishing," ujarnya.
Ketika si korban sudah mengklik tautan tersebut, biasanya ada yang langsung meminta data atau mengirim email terlebih dahulu. Salah satu yang kerap ia temukan adalah ketika seorang kaget diberitahu telah berbelanja sesuatu, tapi ia mengklik sesuatu, apakah itu cancel, yes atau no, yang kemudian diarahkan ke sebuah website palsu yang mirip dengan website aslinya.
"Di website (palsu) itu anda diminta membatalkan pembelian. Syaratnya, semua data anda diminta mulai dari foto, email, foto KTP, foto kartu kredit bolak balik dan sebagainya. Nah, dari Phishing link itulah didapat data masyarakat secara gampang."
Ruby menyarankan agar masyarakat dan pihak terkait meningkatkan cybersecurity awareness. Banyak orang, kata dia, tidak paham berharganya data pribadi. Itu sama saja dengan membiarkan bahaya mengintai.
Di era digital dan semua terkoneksi, data pribadi digunakan sebagai target bernilai besar. Bisa digunakan sebagai bentuk pencurian, bentuk intelejen, counter intelejen dan sebagainya.
"Ada salah kaprah di masyarakat dimana media sosial dianggap sebagai tempat berpublikasi, berekspresi semaunya dan sedetailnya."
"Padahal, sering kali orang tidak perlu menjadi hacker membobol tempat tertentu karena informasi rahasia itu sudah ada di medsos. Misalnya profil, detail, informasi sehingga awareness di masyarakat juga harus ditingkatkan."
Share: