IND | ENG
Prixa, Platform Periksa Medis Lokal Berbasis Teknologi AI

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Prixa, Platform Periksa Medis Lokal Berbasis Teknologi AI
Andi Nugroho Diposting : Selasa, 19 November 2019 - 17:13 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Prixa, perusahaan teknologi Indonesia, meluncurkan sistem pemeriksaan medis berbasis  kecerdasan buatan (AI) dan menyediakan platform manajemen kesehatan yang terpadu bagi masyarakat.

"Sebagai perusahaan yang berdiri di Indonesia, kami melihat bagaimana Prixa dapat memberikan dampak secara positif dalam memperbaiki keseluruhan manajemen kesehatan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi kami," kata CEO Prixa, James Roring di Wyl's Kitchen, Jakarta Selatan, Selasa (19 November 2019).

Teknologi AI dalam Prixa ini berbentuk robot percakapan (chatbot) yang dapat menjawab dan sekaligus menganalisis penyakit pasien.

Prixa mampu mendeteksi setidaknya 600 penyakit, tapi tidak memberikan saran obat apa yang harus dikonsumsi. Teknologi ini hanya akan memberikan deteksi penyakit apa yang sedang diderita oleh pasien dan akan mempermudah sistem kerja dari dokter.

"Prixa ini tidak akan menggantikan peran dokter, melainkan akan membantu pekerjaan dokter itu sendiri, karena data dan riwayat kesehatan atau penyakit yang terdeteksi sudah ada di dalam, jadi dokter hanya tinggal fokus untuk menindaklanjuti," kata James seperti dikutip dari Antaranews.com.

James menjelaskan, cara kerja Prixa ini sebenarnya tidak jauh berbeda ketika seorang pasien mengunjungi dokter di sebuah rumah sakit. Semua pertanyaan yang diajukan oleh sistem ini mulai keluhan hingga berapa lama mengalami sakit juga menjadi sebuah standar dari Prixa.

"Untuk pasien yang menggunakan Prixa ini akan ditanya lebih mendalam, hingga semua dijawab oleh pasien maka nanti hasil akan keluar. Jawaban yang keluar dari Prixa ini hampir semuanya benar dan tidak bias," jelas James.

Prixa melihat pada saat ini banyak ditemukan tantangan mulai dari infrastruktur di bidang kesehatan di Indonesia, yang paling terberat adalah ketersediaan dari dokter itu sendiri. Hal itu dilihat dari analisis lanskap sistem pelayanan kesehatan di Indonesia berdasarkan publikasi dari Oliver Wyman dan PWC.

Dengan angka penduduk yang banyak, yakni 267 juta jiwa. Indonesia hanya paling tidak memiliki satu dokter untuk menangani empat ribu populasi. Hal itu bertolak belakang dengan rekomendasi dari WHO yang mengharuskan satu dokter untuk setiap seribu populasi.

"Ke depan kami juga akan bekerja sama dengan asuransi dan kami berharap akan juga semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan Prixa," tutur James.

Prixa diinisiasi oleh 13 dokter yang sudah tergabung dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan rujukan dalam hasil diagnosa juga berdasarakan hasil yang ilmiah.

"Hasil Prixa ini tidak mengada-ada dan menggunakan literatur yang memiliki standar tinggi," kata Kafi Khaibar Lubis, salah satu dokter yang terlibat di Prixa.

#prixa   #teknologiAI   #kecerdasanbuatan   #teknologikesehatan   #datakesehatan   #datapribadi

Share:




BACA JUGA
Demokratisasi AI dan Privasi
Pemerintah Dorong Industri Pusat Data Indonesia Go Global
Wamenkominfo Apresiasi Kolaborasi Tingkatkan Kapasitas Talenta AI Aceh
Google Penuhi Gugatan Privasi Rp77,6 Triliun Atas Pelacakan Pengguna dalam Icognito Mode
Serahkan Anugerah KIP, Wapres Soroti Kebocoran Data dan Pemerataan Layanan