
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - YouTube mengubah aturan utama bagi siapa saja yang mengunggah video, "seolah-olah untuk melindungi anak-anak". Aturan tersebut membuat content creator (pembuat konten) bingung bagaimana cara mengikuti dan menerapkannya.
Kebijakan ini diambil YouTube karena banyak yang mengeksploitasi anak demi konten/adsense.
Mulai tahun depan, semua pembuat konten YouTube harus mencentang kotak ketika mereka mengunggah video. YouTube meminta penjelasan yang menunjukkan apakah video itu "diarahkan untuk anak atau tidak".
Content creator juga wajib memberikan kategori terhadap masing-masing video yang diunggah sebelumnya dan bahkan untuk seluruh saluran mereka dengan cara yang sama. Konten untuk anak-anak, dalam hal ini anak-anak adalah audiens utama atau konten yang "diarahkan untuk anak-anak maupun anak-anak sebagai audiens sekunder".
Awal tahun ini YouTube membayar Komisi Perdagangan Federal (FTV) 200 juta USD untuk menyelesaikan penyelidikan soal ini. FTC berusaha untuk menentukan apakah situs tersebut telah melanggar Undang-Undang Perlindungan Privasi Daring Anak-anak (COPPA).
Di bawah COPPA, sebuah situs tidak dapat mengumpulkan informasi tentang anak-anak tanpa persetujuan orang tua mereka, atau setidaknya tanpa menyediakan sarana bagi orang tua untuk mengontrol apa yang sedang dilakukan.
YouTube memiliki data yang cukup besar mengenai karakteristik video yang "menargetkan anak-anak", termasuk "karakter, selebriti, atau mainan yang menarik bagi anak-anak, karakter animasi atau tokoh kartun," hingga "mencakup aktivitas yang menarik bagi anak-anak," dan "bukti empiris audiens video tentang anak-anak".
Akibatnya, content creator dalam posisi yang sulit. Video apa pun yang mereka tandai "untuk anak-anak" tidak akan memiliki opsi di bagian komentar, kartu info, iklan hasil personalisasi (personal ads), atau hal-hal lain yang selama ini banyak diandalkan oleh content creator.
Dengan kata lain, video yang memenuhi kriteria di atas tidak akan menghasilkan banyak pendapatan bagi pembuatnya. TubeFilter, platform digital yang mengamati konten video, memperkirakan kurangnya iklan hasil personalisasi (personal ads) dapat memotong pendapatan content creator hingga 90 persen per video.
"Jadi apa yang terjadi jika mereka tidak menandai video sebagai untuk anak-anak? Nah, jika video tersebut diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi tidak diberi label seperti itu, maka content creator dapat dituntut oleh FTC," demikian laporan The Next Web, Jumat (15 November 2019).
Jika para content creator itu tidak menetapkan pemirsa mereka alias melanggar aturan, maka YouTube juga berhak memperingatkan agar dapat mengaturnya untuk mereka. Banyak YouTubers yang tidak senang dengan perubahan tersebut.
Beberapa orang mempertanyakan apakah ini berlaku untuk konten apa pun yang mungkin saja ditonton seorang anak. Misalnya video game yang menampilkan permainan ramah anak. Apakah diharuskan untuk mematuhi dan melakukan langkah-langkah di atas. Aturan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2020.
Share: