
Ilustrasi data center. | Foto: techcrunch.com
Ilustrasi data center. | Foto: techcrunch.com
Jakarta, Cyberthreat.id - CEO PT DCI Indonesia, Toto Sugiri, pertumbuhan layanan pusat data (data center) di Indonesia masih tertinggal dengan Singapura.
Menurut Toto, di Singapura pada kuartal pertama tahun 2019, kapasitas pusata data di negara tersebut telah mencapai 359.8 megawatt (MW) dan diprediksi pada tahun 2021 terdapat penambahan kapasitas sebesar 177.2 MW.
“Padahal, jumlah penduduk Singapura hanya 5,6 juta jiwa, sedangkan kapasitas data center mereka sebanyak itu. Mereka dapat data itu dari mana? Itu yang menjadi pertanyaan,” kata Toto di Jakarta, Rabu (13 November 2019).
Menurut Toto, dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 264 juta jiwa, seharusnya kapasitas data center yang ada melebihi Singapura.
Berita Terkait:
Besarnya pangsa pasar di Singapura dibandingkan di Indonesia, ia menduga karena banyak perusahaan asing yang meletakan data center-nya di negera tersebut. Termasuk, perusahaan-perusahaan yang melakukan operasionalnya di Indonesia.
“Melihat angka itu sedih. Kenapa? Indonesia itu dengan penduduk 264 juta jiwa dan jumlah pengguna internetnya telah mencapai 64,8 persen harusnya bisa melebihi Singapura,” tutur Toto.
Seharusnya perusahaan-perusahaan asing yang melakukan operasionalnya di Indonesia, memiliki juga data center di Indonesia. Dengan demikian, banyak manfaat yang bisa didapatkan jika pemerintah bisa memaksa mereka menaruh data center-nya di Indonesia.
Sayangnya, kata dia, kewajiban tersebut sudah dihapus dengan hadirnya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Berita Terkait:
Toto pun sangat menyayangkan hadirnya PP 71 tersebut, terlebih, belum jelas apa tujuan dari terbitnya PP tersebut. Karena, menurut dia, PP tersebut malah menutup kesempatan investasi di Indonesia.
“Coba tanyakan, kenapa Kominfo menerbitkan PP Nomor 71. Coba minta penjelasan dari sisi mana mendatangkan investasi? ia menegaskan.
Perlu diketahui pula, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Google dan Tamasek, pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) untuk pendapatan pasar layanan data center dari tahun 2015 hingga 2022 diprediksi mencapai 35 persen.
Sementara berdasarkan data CBRE, perusahaan real estate dan investment global, menyebutkan, total kapasitas keseluruhan data center di Indonesia hingga kuartal pertama thaun 2019 telah mencapai 50,2 MW.Kapasitas tersebut diprediksi pada tahun 2021 akan bertambah menjadi sebesar 70 MW.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: