
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Saat ini Indonesia mengalami pertumbuhan cepat dari layanan keuangan digital, terutama untuk pembayaran, pengiriman uang (remitansi), pinjaman, investasi, dan asuransi.
Di sisi lain, pertumbuhan layanan keuangan digital itu juga menjadikan Indonesia sebagai target utama kejahatan siber.
“Menguras rekening bank melalui pencurian identitas adalah salah satu kasus pelanggaran hukum terbesar di Asia Tenggara,” ujar Denis Kalemberg, salah satu pendiri dan CEO Airome Technology dalam siara persnya, Senin (11 November 2019).
Airome Technologies adalah pengembang perangkat lunak untuk solusi keamanan siber pada sektor perbankan digital dan sistem pengelolaan dokumen elektronik (e-document).
Menurut Denis, banyak perusahaan yang tampaknya kurang mengetahui konsekuensi penuh dari pelanggaran dan kebocoran data melalui pengisian informasi yang berkaitan dengan identitas pribadi.
“Semua ini merupakan inti dari permasalahan rekayasa sosial yang merupakan sumber pencurian uang di perbankan digital,” ujar Denis.
Ia mengklaim, Airome Technologies menyediakan perlindungan tingkat tinggi bagi kliennya dan cara yang mudah untuk menjaga keamanan bertransaksi digital yang dilakukan melalui antara lain perbankan internet, perbankan mobile, transaksi tanpa kartu (card-not-present/CNP), private banking, dan sebagainya.
Untuk membantu layanan keamanan siber, Airome Technologies menggandeng Oz Forensics, pengembang perangkat lunak verifikasi keamanan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan biometrik.
Oz Forensics membantu mengurangi risiko penipuan dan kerugian digital melalui automasi proses online onboarding dengan analisis gambar, video, dan biometrik.
“Solusi terintegrasi kami dengan Oz Forensics memiliki tujuan untuk melindungi pengguna perbankan digital dari penipuan, terlepas dari fitur keamanan yang dimiliki oleh bank ataupun instrumen yang mereka gunakan,” tutur Denis.
“Kombinasi teknologi biometrik dan tandatangan digital tidak hanya menyediakan solusi terpadu sekaligus terpercaya yang dapat melakukan operasi secara sederhana dan aman serta menyediakan perlindungan bagi para klien di kanal-kanal digital,” ia menambahkan.
“Kami percaya bahwa solusi ini akan menjadi penting, tepat pada waktunya dan relevan, apalagi mempertimbangkan adanya disrupsi besar-besaran yang tengah terjadi di Indonesia.”
Penawaran ini datang pada saat yang sangat penting Indonesia tengah menghadapi masalah penipuan keuangan digital. Indonesia menempati urutan ke-8 dalam Laporan 2019 Security Financial Services Attack Economy, yang menggarisbawahi negara-negara teratas di dunia untuk ancaman kebocoran dan penyalahgunaan data yang terjadi dari November 2017 sampai April 2019.
Kebocoran dan penyalahgunaan tersebut merupakan serangan umum–sebuah injeksi otomatis yang menggunakan username dan password untuk digunakan dalam sistem autentikasi seperti form login.
Sementara, Chief Operating Officer Oz Forensics, Svetlana Efimova, mengatakan, pengenalan wajah melalui biometrik adalah faktor tambahan yang dapat memperkuat pencegahan aksi penipuan ketika seseorang mendaftarkan diri untuk layanan keuangan dan publik.
“Keahlian kami dalam online onboarding dengan biometrik dan deteksi liveness, dikombinasikan dengan solusi superior Airome akan membantu memperkuat pemantauan penipuan dan memastikan KYC yang mulus,” kata Svetlana.
Share: