
Nettox Watch. | Foto: UI
Nettox Watch. | Foto: UI
Depok, Cyberthreat.id – Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menciptakan Nettox Watch, sebuah jam pintar (smartwatch) yang bisa mengatasi masalah ketergantungan akan internet.
Nettox merupakan akronim dari “internet detox”. Untuk membuat perangkat itu, mereka menghabiskan waktu selama tiga bulan.
“Nettox Watch dapat mendeteksi tingkat penurunan variabilitas detak jantung (HRV) dan mencatat waktu aktivitas internet pengguna secara waktu nyata (real-time),” demikian dikutip dari situs web Universitas Indonesia yang diakses Rabu (6 November 2019).
Dengan pencatatan secara waktu nyata, pengguna akan menerima peringatan berupa penurunan kesehatan akibat penggunaan internet berlebihan.
Jam pintar tersebut diciptakan oleh tiga mahasiswa peneliti yaitu Irfan Budi Satria (jurusan Teknik Elektro tahun 2016), Nabila Ayu Budianti (jurusan Biologi tahun 2016), dan Alhuda Reza Mahara (jurusan Teknik Komputer tahun 2016). Mereka membuat alat tersebut di bawah bimbingan Dosen Fakultas Teknik Dr Arief Udhiarto.
Teknologi yang digunakan dalam Nettox Watch adalah terapi berbasis biofeedback, yaitu menggunakan sinyal-sinyal biologis tubuh untuk memberikan peringatan kesehatan kepada pengguna yang menggunakan internet, khususnya smartphone secara berlebihan.
Ternyata, penggunaan ponsel pintar secara berlebihan, menurut peneliti, memiliki dampak negatif terhadap kesehatan, seperti penurunan variabilitas detak jantung (HRV).
Menurut Irfan, inspirasi membuat alat ini berawal dari melihat perangkat wearable dengan sensor kesehatan yang kini semakin canggih, seperti Xiaomi Mi Band.
Foto: situs web ristekdikti.go.id
“Wearable Nettox ingin membawa teknologi ini semakin jauh dengan menggunakan data dari sensor untuk mengindikasi apakah pengguna mengalami penurunan kesehatan akibat penggunaan internet berlebihan,” tutur Irfan.
Ia menuturkan, penggunaan jam tangan pintar itu akan berbeda pada masing-masing pengguna karena, “Kami menambahkan fitur personalisasi berupa informasi kondisi fisik pengguna yang akan mempengaruhi bacaan variabilitas detak jantung dan preferensi pengguna untuk menerima feedback (visual, auditori, kinestetik) seperti apa yang ingin diterima dari Nettox Watch,” kata dia.
Temuan Irfan dkk itu pun diangkat secara internasional oleh kantor berita Reuters.
Perangkat Nettox mengeluarkan suara ketika HRV dan kadar oksigen darah berada dalam level kurang dari standar. Ini artinya mengingatkan pengguna untuk berhenti menggunakan telepon.
Untuk orang berusia antara 18-25 tahun, menurut Irfan kepada Reuters, level HRV idealnya harus tetap di atas 60 sesuai dengan standar American Psychological Association.
Iran dkk kini berupaya untuk mempersonalisasi Nettox dan meningkatkan akurasinya karena pembacaan HRV dapat bervariasi tergantung pada bentuk tubuh, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan seseorang.
Mereka tengah berjuang mengajukan paten untuk penemuan tersebut pada tahun depan.
Share: