
Ilustrasi | Foto: training.unh.edu
Ilustrasi | Foto: training.unh.edu
Cyberthreat.id – Pesawat nirawak (drone) dapat menjadi ancaman keamanan jaringan utama di masa depan. Apalagi drone ukuran kecil diprediksi semakin berevolusi menjadi perangkat bisnis.
Hal itu disampaikan oleh perusahaan konsultan teknologi informasi asal Amerika Serikat, Booz Allen Hamilton, dalam laporan bertajuk Cyber Threat Trends Outlook 2020 seperti dikutip dari Infosecurity Magazine, Selasa (5 November 2019).
“Para penjahat siber mungkin juga mencari untuk mengambil keuntungan, misal, dengan menerbangkannya ke jaringan target dan atau mendaratkan mereka di lokasi tersembunyi, seperti di atap gedung,” demikian laporan tersebut.
Dengan cara tersebut, sebuah perangkat kecil unmanned aerial vehicles (UAVs) atau drone dapat dilengkapi dengan “wi-fi pineapple” dan digunakan sebagai titik akses jahat untuk memanen kredensial, melakukan serangan man-in-the-middle (MiTM) terhadap karyawan, atau melakukan pengintaian jaringan.
Barang-barang internet (Internet of Things/IoT) seperti lampu pintar, bahkan mouse nirkabel juga bisa menjadi sasaran.
"Drone yang dilengkapi dengan perangkat keras dan lunak yang dipasang secara khusus juga dapat digunakan untuk menginstal malware pada sistem atau mengganggu operasi sistem, terutama perangkat yang rentan terhadap eksploitasi protokol nirkabel seperti Bluetooth dan ZigBee," klaim laporan itu.
Menurut laporan itu, untuk penyerangan dibutuhkan syarat: penyerang dan drone berada di dekat target, misal, Bluetooth memiliki kisaran maksimum 90 meter.
Untuk mengurangi ancaman, Booz Allen Hamilton mendesak organisasi/perusahaan untuk mempertimbangkan melatih staf keamanan fisik untuk mengenali drone, memasang sinyal gangguan, dan selalu mengecek wilayah udara mereka.
“Untuk jaringan nirkabel kantor/rumah kantor kecil, operator dapat mempertimbangkan mitigasi yang biasa digunakan untuk mengatasi serangan perang, seperti mematikan jaringan nirkabel saat tidak digunakan, memperbarui kata sandi administrator pada router secara teratur, dan menggunakan langkah-langkah keamanan seperti lalu lintas nirkabel enkripsi dan firewall,” tulis Booz Allen Hamilton.
Dalam laporannya, raksasa konsultan TI itu juga memperingatkan risiko yang semakin besar terhadap infrastruktur satelit, mobil yang terhubung, event-event besar pada 2020, seperti Olimpiade Tokyo dan Pemilu berbasis digital.
Share: