
Kepala BSSN Hinsa Siburian Membuka Acara Cyber Security Indonesia Conference Dengan Memukul Gong | Foto : Cyberthreat.id/Eman Sulaeman
Kepala BSSN Hinsa Siburian Membuka Acara Cyber Security Indonesia Conference Dengan Memukul Gong | Foto : Cyberthreat.id/Eman Sulaeman
Jakarta,Cyberthreat.id-Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyoroti tentang perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terus berubah setiap waktu.
Indonesia sebagai bagian dari tatanan global tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Salah satu dinamika yang paling berpengaruh yaitu perkembangan TIK yang terhubung dalam suatu ruang siber.
Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan, perkembangan teknologi tersebut juga menjadi tantangan baru bagi strategi pertahanan dan keamanan siber, baik di tingkat pemerintah, infrastruktur kritis nasional, maupun masyarakat. Pasalnya, TIK juga memberi manfaat terhadap pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan perubahan kehidupan sosial.
“Namun di sisi lain, hal ini juga membawa risiko, ancaman baru keamanan informasi seperti pencurian, kebocoran data serta munculnya unauthorized network access, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam upaya mengamankannya,” kata Hinsa dalam acara Cyber Security Indonesia Conference di Jakarta, Rabu, (6 Oktober 2019).
Menurut Hinsa, untuk dapat mengatasi tantantangan ini, semua pihak diharapkan dapat membangun kapasitas dan kapabilitas dalam menghadapi ancaman siber sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki melalui kolaborasi melalui working group, investigasi dan penelitian bersama terkait teknologi, tren, dan permasalahan siber, dan capacity building dengan melaksanakan cyber security training.
“Konferensi ini akan menjadi momen yang sangat strategis sebagai salah satu sarana dalam berbagi informasi mengenai keamanan siber, menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran pentingnya keamanan siber dalam mewujudkan keamanan dan ketahanan siber nasional,” ujar Hinsa.
Hinsa menyampaikan strategi keamanan siber nasional sangat diperlukan untuk membangun dan menerapkan tata kelola keamanan siber yang efektif, membangun kemandirian teknologi keamanan siber, mencegah dan mengelola ancaman, insiden, atau serangan siber.
“Hal itu untuk meningkatkan budaya keamanan dalam ruang siber, serta mengoptimalkan sumber daya keamanan siber. Sasaran yang harus dicapai untuk mewujudkan strategi keamanan siber yaitu, meningkatkan ketahanan dan kapabilitas siber, menciptakan ekosistem inovasi keamanan siber, penguatan kerangka hukum di bidang keamanan siber, kerja sama internasional dan diplomasi siber,” ungkap Hinsa.
Hinsa menambahkan, selama hampir tiga tahun ini, BSSN berkomitmen untuk terus berperan dalam membangun keamanan dan ketahanan siber nasional.
Bahkan, berdasarkan laporan Global Cybersecurity Index (GCI) yang dikeluarkan oleh International Telecommunication Union (ITU), peringkat Indonesia naik dari peringkat ke-70 pada tahun 2017 menjadi peringkat ke-41 pada 2018, dari 194 negara.
Hinsa mkengungkapkan, peningkatan peringkat GCI Indonesia yang sangat signifikan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan keamanan siber nasional yang dikonsolidasikan oleh BSSN dalam membangun dan mengembangkan ekosistem keamanan siber untuk mendukung peningkatan keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penilaian GCI memiliki lima pilar parameter yang meliputi aspek legal, aspek teknikal, aspek organisasi, aspek pembangunan kapasitas, dan aspek kerja sama. Kelima pilar tersebut menjadi salah satu landasan dalam menyusun Strategi Keamanan Siber Nasional.
“Peringkat GCI ini telah diakui dan menjadi salah satu rujukan bagi seluruh negara terkait komitmen dan usaha dalam menjaga dan meningkatkan keamanan siber,” tutur Hinsa.
Hinsa menambahkan, untuk memastikan kemanan siber nasional, semua stakeholder diharapkan berperan di bidang siber, demi meningkatkan upaya ketahanan siber.
“Secara umum, infrastruktur terus kita perbaiki, peraturan kita perbaiki, kemudian literasi kepada masyarakat yang semakin baik dan meluas, itu yang akan menjadi poin-poin yang menjadikan ranking kita bisa lebih baik lagi,” ungkap Hinsa.[]
Artikel terkait:
Ketika OTP Berbasis SMS Tak Lagi Sakti Lindungi Uang Kita
Share: