
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - Jika anda masih berpikir bahwa ijazah sarjana atau diploma masih banyak berguna ke depan, maka sebaiknya ubah pola pikir itu sekarang juga. Di era digital, dunia akan lebih banyak dikendalikan oleh kode-kode tak terlihat melalui bahasa pemrograman.
Akibatnya terjadi banyak disrupsi yang mungkin saja tidak pernah terpikir oleh umat manusia sebelumnya. Dari sekian banyak disrupsi, profesi cybersecurity adalah yang paling unik sekaligus sangat dibutuhkan.
CNBC melaporkan, saat ini jumlah tenaga kerja cybersecurity di dunia global hanya sekitar 2,6 juta orang. Jumlah itu dipercaya masih sangat kurang karena menurut perkiraan diperlukan sebanyak 4 juta tenaga kerja tambahan di bidang cybersecurity untuk melindungi berbagai organisasi/perusahaan secara global.
"Jadi sebenarnya anda tidak butuh ijazah 4 tahun untuk dapat bekerja di industri cybersecurity. Anda hanya perlu belajar, berlatih dan punya banyak sertifikat yang menunjukkan bahwa anda benar-benar mampu. Itu saja," kata reporter CNBC Kate Rogers dalam sebuah laporan yang ditayangkan Jumat (1 November 2019).
Kate menuturkan, hampir seperlima dari total jumlah pekerja cybersecurity di dunia global berada di Amerika Serikat. Mereka bekerja mengamankan berbagai korporasi/organisasi dan institusi mulai dari raksasa digital hingga perusahaan kecil dan usaha kecil.
Menurut dia, di tengah infrastruktur cyber yang terus berkembang, diiringi perkembangan teknologi yang semakin masif, AS sangat membutuhkan tambahan pekerja cybersecurity terutama untuk Developer dan Analis.
"Dan jangan lupakan sektor ini juga sangat membutuhkan tenaga wanita. Permintaan ini makin banyak," ujarnya.
"Asal Anda tahu, gajinya luar biasa besar, terlebih jika anda berpengalaman. Beberapa perusahaan ada yang menawarkan profit sharing kepada pekerja cybersecurity. Itu bisa terjadi karena pekerjaan ini penting."
Paul Innella, CEO Tetrad Digital Integrity (TDI), mengatakan AS kini memiliki sekitar 500 sampai 600 ribu pekerja cybersecurity. TDI sudah berkecimpung di dunia cybersecurity selama 20 tahun merasakan bagaimana sulitnya mencari talenta pekerja di sektor ini.
"Jika anda bekerja di cybersecurity, banyak tantangan yang tidak pernah anda temui sebelumnya," kata Innella.
"Sering kami mendapatkan pelamar yang berasal dari universitas bagus, pendidikan ternama, tetapi ketika kami tawarkan program cybersecurity, setelah itu kami tidak pernah mendapat kabar lagi," ujarnya.
Menurut Innella, yang paling dibutuhkan adalah kemampuan untuk belajar dan bekerja keras memahami dunia cybersecurity. Bahkan sejumlah profesional cybersecurity yang ia temui bukan berbasis ilmu IT atau ilmu komputer.
Share: