
Ilustrasi. Foto: forexindo.com
Ilustrasi. Foto: forexindo.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, mengatakan, saat ini produsen mobil belum memprioritaskan penerapan keamanan siber (cybersecurity) untuk mobil-mobil yang beredar di Indonesia.
Pasalnya, menurut dia, masih banyak hal lain yang perlu diselesaikan terlebih dulu sebelum membahas cybersecurity, salah satunya, menyangkut emisi gas buang kendaraan bermotor.
"Kami pernah menyampaikan hal itu (cybersecurity) ke pemerintah, tapi itu masih dinilai terlalu dini,” kata dia saat dihubungi Cyberthreat.id melalui sambungan telepon, Jumat (3/5/2019).
Yohannes menyadari bahwa saat ini perkembangan teknologi informasi kian canggih dan telah diadopsi dalam memproduksi kendaraan bermotor. Mobil-mobil keluaran terbaru telah terkomputerisasi.
"Anda bisa cek di bengkel-bengkel, jangankan mobil yang advanced, mobil yang biasa saja sekarang pengecekannya juga pakai komputer. Belum lagi mobil hibrida atau mobil elektrik yang seluruhnya telah terkomputerisasi," kata Yohanes.
Menurut dia, sejauh ini belum ada pedoman khusus soal sistem komputerisasi berkaitan dengan produksi mobil di Indonesia. Seharusnya, kata dia, seiring majunya teknologi informasi, pemerintah membuat peraturan yang mengikuti perkembangan zaman.
Berita Terkait:
Sekadar diketahui, persoalan cybersecurity saat ini menjadi fokus utama para produsen mobil di Amerika Serikat yang tergabung dalam Alliance of Automobile Makers. Apalagi saat ini mobil-mobil baru yang dirilis telah terkomputerisasi dan bisa dikoneksikan ke internet.
Gloria Bergquist, juru bicara Alliance of Automobile Makers, mengatakan, juga meminta kepada konsumen ikut peduli dalam cybersecurity, termasuk saat memasangkan ponsel pintar pada mobil.
"Ada banyak orang di luar sana yang ingin mengakses data mobil Anda untuk keuntungan mereka sendiri," kata dia.
Sebelumnya pada 2015, Fiat Chrysler menarik sedikitnya 1,4 juta mobil juga lantaran mobilnya bisa dibobol peretas (hacker). Peretas bisa mengambil alih kendali Jeep Cherokee melalui celah pada sistem hiburan yang terkoneksi internet. Dengan celah keamanan itu, peretas bisa mengendalikan mobil dari jarak jauh.
Sejak itu, pada tahun yang sama, industri otomatif AS mendirikan Pusat Analisis dan Berbagi Informasi yang melibatkan 49 produsen mobil dan pemasok untuk menyusun pedoman tentang cybersecurity.
Pekan lalu juga diberitakan bahwa seorang peretas dengan identitas L&M mengaku bisa memantau ribuan mobil, bahkan mematikan mesin mobil dari jarak jauh. Peretas membobol celah keamanan pada aplikasi pelacak GPS (Global Positioning System) yang terpasang pada mobil. (baca di sini)
Share: