
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Kuala Lumpur, Cyberthreat.id - Pemerintah Malaysia bisa mendenda 50.000 ringgit (sekitar Rp 167 juta) atau penjara tidak melebihi satu tahun atau kedua-duanya kepada mereka yang diketahui menyebarkan informasi bohong atau hoaks di internet atau media sosial.
Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia, Gobind Sing Deo mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan dari anggota parlemen Malaysia Puan Hajah Natrah binti Ismail. Puan Hajah menanyakan tindakan kementerian dalam mengatasi penyeberan berita bohong di sosial media.
"Penerapan denda tersebut diatur dalam Pasal 233 Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia 1998 (ayat 588) bagi pihak yang menggunakan layanan internet dan media sosial secara tidak wajar untuk menyebarkan berita palsu," kata Gobind, Rabu (30 Oktober 2019) seperti diberitakan Antaranews.com.
Dia mengatakan pemerintah komitmen dalam usaha untuk menjamin kebebasan bersuara bagi rakyat Malaysia berdasarkan Peraturan Nomer 10 Undang-Undang Federal.
"Walau bagaimanapun, pemerintah telah menerima banyak pengaduan dan pandangan terkait penyalahgunaan media sosial serta saran-saran untuk mengatasi masalah-masalah ini," kata dia.
Pemerintah berpendapat, ujar Gobind, bahwa kebebasan untuk membicarakan masalah-masalah atau berita secara transparan dan terbuka di media sosial perlu dipelihara tetapi harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan tidak menimbulkan masalah sosial atau mempengaruhi keamanan negara.
"Usaha ini bukan bertujuan membatasi kebebasan bersuara, tetapi untuk menjaga kesopanan dan menghindari pandangan berbaur hasutan serta sensitivitas yang bisa memberi dampak terhadap keamanan negara," katanya.
Pasal 574 KUHP dan Pasal 588 Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia 1998 adalah instrumen perundangan yang dipakai di dalam mengawal desain, penerbitan dan penyebaran konten atau berita tidak benar. Selain itu, pemerintah juga bisa menindak melalui Komite Komunikasi dan Multimedia (SKMM) berdasarkan pengaduan yang diterima dari masyarakat serta dari pihak yang terkait.
Share: