
Ilustrasi | Foto: Freepik.com
Ilustrasi | Foto: Freepik.com
London, Cyberthreat.id – Serangan dunia maya di pelabuhan-pelabuhan Asia dilaporkan bisa menelan kerugian hingga US$ 110 miliar.
Asuransi dunia maya saat ini dipandang sebagai pasar yang mulai berkembang oleh penyedia asuransi, termasuk Lloyd's meski peningkatan di Eropa dan Asia masih jauh di belakang level di Amerika Serikat, demikian diberitakan Reuters, Rabu (30 Oktober 20190.
Skenario dampak terburuk dalam laporan itu berdasarkan simulasi serangan siber jika menargetkan 15 pelabuhan di Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan China. Jika itu terjadi, sekitar US$ 101 miliar dari total perkiraan biaya ekonomi dari serangan semacam itu tidak diasuransikan, kata Lloyd.
Angka tersebut dihitung dengan mensimulasikan dampak virus komputer yang dibawa oleh kapal dan yang menyusup ke basis data kargo di pelabuhan.
Laporan tersebut dikeluarkan oleh Pusat Studi Risiko Universitas Cambridge, atas nama proyek Cyber Risk Management (CyRiM), dalam kemitraan dengan Lloyd's, perusahaan asuransi asal London, Inggris.
Asia adalah rumah bagi sembilan dari 10 pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan bagian penting dari rantai pasokan bagi perusahaan-perusahaan terkemuka dunia di sektor mulai dari otomotif hingga barang industri, pakaian, dan elektronik.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa sektor transportasi dunia, termasuk aerospace akan paling terpukul dengan kerugian ekonomi sebesar US$ 28,2 miliar. Manufaktur akan mencapai US$ 23,6 miliar, sedangkanritel akan menghadapi kerugian US$ 18,5 miliar.
Negara-negara dengan terkoneksi ke setiap pelabuhan juga akan terkena. Dengan demikian, negara-negara Asia akan paling terpukul, dengan kerugian tidak langsung US$ 26 miliar, diikuti oleh Eropa dengan US$ 623 juta dan Amerika Utara dengan US$ 266 juta.
"Kita tahu bahwa aset terbesar bagi perusahaan bukanlah fisik, itu tidak berwujud," kata Kepala Eksekutif Lloyd John Neal.
"Dengan meningkatnya penerapan teknologi dan otomatisasi, risiko ini akan menjadi lebih akut," ia menambahkan.
Share: