
Ilustrasi | Foto: sickchirpse.com
Ilustrasi | Foto: sickchirpse.com
Tbillisi, Cyberthreat.id – Georgia, salah satu negara pecahan Uni Soviet yang masuk Eropa Timur, mengalami serangan siber besar-besaran pada Senin (28 Oktober 2019). Lebih dari 15.000 situs web dirusak dan dimatikan oleh penyerang.
Serangan yang diberitakan oleh pers lokal sebagai terbesar dalam sejarah negara itu berdampak pada situs-situs lembaga pemerintah, bank, pengadilan, surat kabar lokal, dan stasiun televisi, demikian diberitakan ZDNet
Pro-Service, penyedia hosting web lokal, yang bertanggung jawab atas masalah ini, mengakui bahwa seorang hacker menembus jaringannya dan menurunkan situs web pelanggan.
Perusahaan mengatakan, serangan itu terjadi pagi-pagi sekali, dan pada pukul 20.00 waktu setempat, karyawan menemukan lebih dari setengah pelanggan terkena dampak.
Sumber: smartraveller.gov.au
Dalam istilah keamanan isber, serangan yang dialami Georgia termasuk kategori klasik, yaitu "website defacement”. Jenis peretasan saat penyerang mengganti konten asli situs web dengan konten mereka sendiri, biasanya untuk alasan tertentu.
Dalam peretasan yang terjadi di Georgia, para penyerang mengunggah gambar mantan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili, dengan teks "Aku akan kembali".
Saakashvili, yang dikenal karena agenda pro-Barat, sekarang menjadi warga negara Ukraina. Ia meninggalkan Georgia pada 2013 dengan alasan perburuan politik atas tuduhan korupsi. Selama dua periode berturut-turut sebagai presiden, ia dipandang sebagai pejuang reformasi dan anti-korupsi dan masih memiliki citra positif di dalam Georgia.
Sejumlah situs web yang terkena dampak, contohnya, milik dua stasiun televisi (TV Imedi dan TV Maestro). Mereka tidak bisa diakses setelah serangan itu, kata Irakli Chikhladze, Kepala Berita TV Imedi dalam unggahannya di akun Facebook-nya. Saluran TV Pirveli juga terpengaruh dan tidak mengudara. Beberapa situs surat kabar jugga offline.
Penyebab di balik serangan belum diidentifikasi. Namun, pihak berwenang mengatakan mereka memulai penyelidikan.
Georgia pernah mengalami serangan serupa selama lima hari Perang Rusia-Georgia pada 2008. Kala itu peretas Rusia menggunakan pembajakan BGP untuk mengalihkan rute lalu lintas internet Georgia melalui server di Rusia. Juga, merusak situs web pemerintah, dan meretas stasiun TV dan radio.
Banyak orang Georgia yang dengan cepat menghubungkan atau mempersamakan pembelotan massal hari ini dengan peretasan tahun 2008, walaupun tidak ada bukti yang mendukung teori-teori tersebut - untuk saat ini.
Share: