
Ilustrasi Huawei | Foto: Forbes
Ilustrasi Huawei | Foto: Forbes
Cyberthreat.id - John Suffolk, Global Head of Cybersecurity Huawei, mengatakan setiap harinya Huawei mengalami sejuta serangan siber/cyber yang menyasar komputer dan jaringan raksasa telekomunikasi yang berbasis di Shenzhen, Guangdong, China tersebut.
"Serangan cyber ini termasuk jenis pencurian informasi rahasia dengan mengirimkan virus komputer melalui email," ungkap Suffolk dilansir Forbes, Sabtu (12 Oktober 2019).
Sebelumnya media di Jepang melaporkan serangan cyber ke Huawei difokuskan pada pencurian IP, yang membuat Huawei memimpin dalam inovasi jaringan 5G sehingga mengajukan banyak paten daripada perusahaan lain di dunia.
Huawei juga menuduh pemerintah AS melakukan serangan cyber sebagai bagian dari kampanye bersama melawan mereka.
Pada September, Huawei menyebut penegakan hukum AS melakukan "ancaman, paksaan dan bujukan" kepada eks karyawan dan karyawan Huawei, sekaligus melakukan serangan cyber untuk menyusup ke intranet dan sistem informasi internal Huawei.
Suffolk secara langsung tidak pernah mengaitkan serangan cyber dengan negara atau aktor tertentu, termasuk AS. Ia menyebut sebagian besar serangan mampu dipertahankan, tapi sebagian kecil serangan terhadap sistem mereka berhasil.
Serangan Phishing atau kiriman email sudah dianggap biasa, tapi serangan juga dilakukan dalam bentuk social engineering yang menargetkan karyawan Huawei. Misalnya meminta karyawan untuk memasang malware yang disamarkan sebagai lampiran, kunjungan terhadap situs palsu hingga mengirim konten yang mengandung kode berbahaya.
Suffolk juga menegaskan janji perusahaan terkait komitmen bekerja sama dengan pelanggan untuk menopang pertahanan dunia maya Huawei ketika menggunakan perangkat/peralatan dari perusahaan China.
Selama ini AS menduga Huawei mendapat dukungan penuh dari Pemerintah China sehingga perusahaan tersebut sangat rentan mendapat tugas intelejen dari Beijing, tak peduli apakah tujuan tugas tersebut baik atau buruk.
Sebaliknya Suffolk membantah tuduhan Huawei sebagai bagian dari intelejen China. Ia mengatakan kepada media bahwa CEO Huawei, Ren Zhengfei, pernah diminta untuk berkompromi. Tetapi permintaan itu ditolak dengan ancaman akan menutup perusahaan.
Sebuah laporan mengejutkan Uni Eropa yang dirilis awal pekan ini memperingatkan kombinasi teknologi dan jaringan 5G berisiko terhadap keamanan negara seperti serangan terhadap infrastruktur kritis, logistik, transportasi, bahkan penegakan hukum.
Laporan itu tidak menyebutkan nama China atau Huawei, tetapi seolah memberikan arahan dan tuduhan kepada pemasok tunggal 5G dari negara "dengan standar demokrasi yang buruk," yang tentu saja mengarah ke Negara Tirai Bambu tersebut.
Share: