
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Eurofins, salah satu perusahaan laboratorium yang menguji layanan industri farmasi, makanan dan lain-lain di Inggris, dilanda serangan siber pada Juni lalu.
Berkaca dari kejadian itu, Eurofins pun meminta pemerintah Inggris untuk mempersiapkan diri lebih pada kemungkinan serangan lebih lanjut.
Dikutip dari BBC News, Jumat (11 Oktober 2019), serangan ransomware tersebut menginfeksi sistem komputer perusahaan, yang menyebabkan pekerjaan laboratorium berhenti selama tujuh pekan.
Berita Terkait:
Dalam wawancara pertamanya sejak insiden itu, Mark Pearse mengatakan, serangan seperti itu bisa terjadi pada organisasi mana pun. Dan, ini menjadi ancaman bagi masyarakat.
"Tidak ada sektor yang kebal terhadap serangan ini. Kami memiliki sektor transportasi, sektor energi, sektor kesehatan, organisasi publik lainnya," kata , Mark Pearse, Direktur Komersial Eurofins di empat negara, termasuk Inggris.
“Kita semua dalam kondisi rentan,” ia menambahkan.
Serangan siber yang menimpa Eurofins terjadi di 47 negara. Pearse mengatakan dia pertama kali diberitahu tentang serangan pada pagi hari pukul 05.00 ketika dia akan naik penerbangan dari Bandara Manchester.
"Laboratorium sangat tergantung pada TI dan semuanya hari ini dikendalikan oleh TI, semua data disimpan di server, dan prosesnya dengan cepat terhenti," jelas dia.
"Ini memiliki implikasi yang sangat besar. Kami adalah penyedia swasta terbesar [...] kami melakukan pekerjaan terhadap ratusan, ribuan kasus dan sampel," kata Pearse.
Menjelang akhir Juli, tumpukan simpanan 20.000 sampel yang tertunda kini telah berkurang menjadi sekitar 10.000 karena layanan telah kembali normal. Menurut laporan BBC News, Eurofins telah membayar tebusan kepada para penjahat siber untuk memulihkan sistem IT-nya, tetapi Pearse menolak berkomentar.
"Penyelidikan itu sedang berlangsung dan mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan dan karena itu tergantung pada kendala yang biasa," katanya.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: