
Ilustrasi
Ilustrasi
Cyberthreat.id - CEO Dicoding, Narenda Wicaksono, mengatakan salah satu efek kemunculan Unicorn hingga Decacorn di Tanah Air adalah banyak developer terbaik dari daerah berbondong-bondong pindah ke Unicorn atau Decacorn yang berpusat di Ibu Kota.
Akibatnya, daerah-daerah kekurangan tenaga ahli atau developer "kelas dewa" sementara potensi pengembangan startup di daerah-daerah belum tergali secara maksimal. Narendra mengatakan kualitas developer lokal sebenarnya tidak kalah dengan developer asing.
Buktinya, lihat aplikasi seperti Go-Jek Tokopedia, Bukalapak, Traveloka serta game DreadOut, Tahu Bulat, Ultra Space Battle Brawl, Ngamen Nonstop dan Our Last Stand: The Arena. Itu semua contoh karya developer lokal berlevel internasional di bidang Industri kreatif digital.
"Jadi tidak ada transfer knowledge ke daerah-daerah," kata Narenda dalam acara Bekraf Developer Day (BDD) di Solo, Sabtu (5 Oktober 2019).
Data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) melaporkan dalam Mapping and Database Startup Indonesia 2018, jumlah startup di Indonesia tahun lalu mencapai 992 startup; sekitar 52,6 persen (522 startup) berada di wilayah Jabodetabek.
Potensi developer di kota-kota besar Tanah Air belum tergali maksimal mulai dari Aceh, Medan, Pekanbaru hingga Makassar dan Jayapura. Sebelumnya Content Editor Dicoding, Mutiara Arum Sari, mengatakan jumlah member Dicoding sampai pertengahan 2019 sudah mencapai 165 ribu.
Menurut dia, lulusan IT di Indonesia tidak sebanding dengan permintaan pasar, sementara "mutiara" developer Indonesia banyak tersembunyi di daerah-daerah. Dan bakat-bakat itu harus dicari.
"Potensi Indonesia itu besar di e-commerce dan travel. Kita juga punya empat Unicorn. Artinya industri digital butuh banyak. Jangan sampai diisi asing sementara teknologi terus berkembang. Artinya, selain kualitas, kuantitas juga harus terus meningkat," kata Mutiara kepada Cyberthreat.id beberapa waktu lalu.
Bekraf Developer Day 2019 di Solo digelar untuk menjembatani para developer dengan platform teknologi mutakhir untuk mengembangkan produk digital khususnya dibidang subsektor aplikasi, game dan web serta internet of things (IoT).
BDD juga bertujuan untuk memicu semangat kemandirian dan kewirausahaan guna meningkatkan kapasitas dan kompetensi yang berkualitas bagi para pelaku ekonomi kreatif khususnya di subsektor tersebut.
"Bekraf berkomitmen membantu mengembangkan talenta developer aplikasi dan game khususnya anak muda. BDD diharapkan dapat timbul semangat berkarya serta menciptakan solusi dan memecahkan permasalahan lokal dalam bentuk karya digital," kata Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santosa Sungkari dalam siaran persnya, Minggu (6 Oktober 2019).
Share: