
Ilustrasi
Ilustrasi
Jakarta, Cyberthreat.id - Analis intelejen dan keamanan Universitas Indonesia (UI), Stanislaus Riyanta, mengingatkan pentingnya meningkatkan kualitas maupun kuantitas sumber daya siber di lingkungan TNI.
Ia sepakat dengan pesan yang disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada Perayaan HUT ke-74 TNI yang mengatakan potensi ancaman siber terus meningkat.
"Memang TNI harus mengembangkan sistem cyber mengingat ancaman ke depan akan lebih mengedepankan teknologi. Ini jauh berbeda dengan ancaman konvensional," kata Stanislaus kepada Cyberthreat.id, Sabtu (5 Oktober 2019).
Dinamika keamanan dan ketahanan di ruang siber (cyberspace) seiring dengan perkembangan teknologi.
Mulai dari teknologi Internet of Thing (IoT), Artificial Intelligence (AI), Big Data, Robotik, dinamika Media Sosial, Cloud Computing hingga Machine Learning.
Adanya ruang siber semakin mempermudah kehidupan manusia, sementara perbedaan antara dunia nyata dengan dunia Maya sudah semakin tipis dan bersatu.
Alutsista TNI yang kini dimiliki TNI kini dijalankan melalui ruang siber ditambah dengan alutsista cyber yang diperlukan sebagai mekanisme pertahanan.
"Jadi membangun pertahanan dan ketahanan cyber itu mutlak dilakukan oleh TNI," ujarnya.
Terkait dengan peningkatan kualitas SDM, menurut Stanislaus penting untuk berkolaborasi dengan pihak lain sehingga personel TNI diarahkan kepada pasukan yang lebih adaptif dan menguasai teknologi.
Hal ini penting untuk menghadapi ancaman yang semakin mengarah kepada perang asimetris dan perang cyber, termasuk upaya memecah belah masyarakat.
"Karena TNI sekarang hidup di dalam era pertahanan negara modern. Kemampuan di ruang siber seperti intelejen, mengumpulkan informasi sangat penting dikuasai."
Share: