
Red Hat | Twitter
Red Hat | Twitter
Jakarta, Cyberthreat.id - Red Hat Indonesia menggulirkan program Red Hat Academy untuk mendukung sistem open source. Program ini memperkuat sumber daya manusia (SDM) agar mudah terintegrasi dengan open source yang tengah marak digunakan oleh berbagai enterprise di Tanah Air.
Country Manager Red Hat Indonesia, Rully Moulany, mengatakan sektor open source memerlukan sumber daya yang banyak agar fungsinya lebih maksimal dan mendatangkan inovasi serta hal baru.
Untuk itu diperlukan SDM yang berkualitas dan berkuantitas sebagai support sistem yang robust, tidak hanya di Jabodetabek, tapi hingga ke daerah-daerah.
"Kami sudah punya kurikulum Red Hat Academy yang sudah disuntikkan ke berbagai universitas dan institusi pendidikan. Jumlahnya saya belum tahu persis, tapi kerja sama kami sudah melibatkan puluhan universitas di Indonesia," kata Rully sela Red Hat Forum Asia Pasifik 2019 di Jakarta, Kamis (3 Oktober 2019).
Red Hat Academy adalah semacam kolaborasi industri dengan institusi pendidikan dalam memproduksi SDM. Kurikulum yang disuntikkan tidak berbayar alias gratis yang melibatkan kerja sama dengan dosen, kampus dan mahasiswa.
Sejauh ini lulusan Red Hat Academy sudah terpakai di berbagai enterprise dan korporasi yang menggunakan open source seperti Red Hat. Sebut saja BCA, Telkomsel hingga public sector milik Pemerintah seperti Kementerian Keuangan dan Dirjen Pajak.
"Ketika mereka lulus nantinya para mahasiswa itu punya practical knowledge yang bisa dipraktekkan. Jika mahasiswa selama ini belajar teori, belajar konsep, maka Red Hat Academy adalah skill set. Kurikulum yang kami integrasikan disesuaikan dengan keperluan industri. Dan ini gratis," ujarnya.
Kebutuhan Industri
Salah satu kendala dalam praktik open source adalah SDM yang mumpuni dalam menjalankan sistem. Presiden direktur IT BCA, Hermawan Thendean, mengatakan BCA butuh waktu untuk beradaptasi saat mengadopsi open source dengan SDM atau Man Power yang berkualitas.
"Open source harus di support oleh man power yang bagus. Awalnya kami sempat kesulitan rekrut orang karena memang open source itu berubah dengan cepat, tapi ketika layanan semakin bagus, orang-orang semakin tertarik," kata Hermawan.
Presiden direktur Business IT Delivery Telkomsel, Mehta Cahya Utama, mengatakan salah satu tujuan mengadopsi open source adalah mencari inovasi dan hal-hal baru di dalam perkembangan industri telekomunikasi.
Menurut dia, semakin banyak orang yang terlibat open source, maka keran inovasi, teknologi baru dan kreativitas terbuka luas sebagaimana karakter open source yang memerlukan transparansi dan kolaborasi.
"Kami banyak temukan hal-hal baru di open source sehingga langsung diadopsi, tapi memang inovasi sulit kalau orangnya sedikit," kata dia.
Share: