
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar dark web?
Jawabannya tak jauh-jauh dari: pasar gelap di internet, narkotika, pencucian uang, malware, dan hal-hal lain yang cenderung melanggar hukum.
Namun, saat ini dark web tak hanya menawarkan seperti itu. Para penjahat siber justru menawarkan produksi informasi atau berita hoaks atau disinformasi. Alih-alih memproduksi informasi tentang politik, mereka justru lebih mengampanyekan iklan bisnis.
Kampanye tersebut diyakini untuk pertama kalinya terjadi di forum bawah tanah internet untuk sebuah layanan yang dikomersialkan, demikian seperti dikutip dari ZDNet, Selasa (1 Oktober 2019).
Hanya dengan beberapa ratus dolar, anggota forum kriminal bisa membuat kampanye disinformasi skala besar yang dapat digunakan perusahaan atau organisasi. Skala informasi palsu itu bisa dipakai untuk propaganda positif untuk perusahaan itu atau informasi negatif untuk menyerang dan menodai kompetitor.
Berita Terkait:
Dari kedua kasus tersebut, kampanye dapat berhasil dan berjalan di bawah satu bulan dengan biaya yang rendah, demikian temuan dari tim peneliti Insikt Group dari Recorded Future.
Peneliti mengaku mengetahui adanya layanan itu setelah mengamati kelompok di forum internet berbahasa Rusia. Di forum itu, ada iklan layanan hoaks yang ditawarkan untuk wilayah Eropa Timur.
Roman Sannikov, Kepala Layanan Analis Recorded Future, mengatakan, dalam penelitiannya tim peneliti menciptakan sebuah perusahaan fiktif. Mereka juga memakai dua akun yang terpisah untuk mendekati pemberi layanan hoaks tersebut di dark web
Satu akun dirancang untuk membangun kampanye disinformasi positif tentang perusahaan, yang lain untuk menargetkan pihak lain dengan kampanye negatif.
Menurut peneliti, penyedia layanan itu menawarkan kampanye sangat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, seperti menggunakan media sosial untuk memberikan pengaruh ke konsumen.
“Kampanye ini mengikuti strategi yang mirip dengan kampanye disinformasi yang dilakukan oleh sebuah negara,” tulis ZDNet.
Tak hanya lewat media sosial, penyedia layanan juga membuat artikel dan blog mereka sendiri untuk membantu mendorong agenda yang telah mereka siapkan.
Misalnya, pengguna yang menawarkan liputan positif menulis artikel secara lengkap. Setelah itu pembayaran dilakukan sesuai harga yang tercantum untuk menempatkan artikel di berbagai tujuan di seluruh web.
Peneliti mengatakan ada sebuah artikel akhirnya terbit sebagai berita di dua sumber media. Ini menunjukkan bahwa begitu mudahnya informasi dapat menyebar.
Akun-akun di media sosial yang dibuat biasanya diperkuat dengan akun bot. Beberapa akun ini bahkan lebih jauh untuk berkomunikasi atau berusaha berteman dengan pengguna di negara-negara yang ditargetkan untuk membuat kampanye lebih efektif. Dengan begitu, orang-orang bisa membagikan informasi salah tersebut.
Peneliti mengungkapkan telah menghabiskan US$ 6.500 untuk melakukan dua kampanye perusahaan fiktif tersebut.
“Ada banyak sekali aplikasi untuk kampanye disinformasi dan pengaruh semacam ini. Pikirkan implikasi dari manipulasi harga saham. Aktor ancaman dapat menggunakan layanan disinformasi yang sama untuk pertama-tama meningkatkan reputasi entitas dan kemudian merusaknya,” kata Roman.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: