IND | ENG
Survei: 90 Persen Milenial Akses Internet untuk Chat

Dari kiri: Head of Data Scientist Kazee Indonesia Pujo Laksono, Author of Millenial Nusantara (2017) Lilik Purwandi, Managing Director Inexus Digital Anggun Triadi dan News Presenter Kompas TV Stefani Ginting saat menjadi narasumber dalam "IIXS Conference 2019" di JCC, Jakarta, Jumat (27 September 2019). | Foto: Faisal Hafis

Survei: 90 Persen Milenial Akses Internet untuk Chat
Arif Rahman Diposting : Jumat, 27 September 2019 - 20:44 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Survei terbaru Alvara Research Center menyatakan sekitar 91,1 persen Milenial di Indonesia menggunakan akses internet untuk chat di berbagai platform. Sementara sekitar 80 persen Milenial menggunakan akses internet untuk bermain media sosial.

"Ciri milenial paling utama itu connected. Dulu ada yang mengatakan 'makan enggak makan kumpul', maka Milenial sekarang menggantinya dengan makan enggak makan yang penting connected," kata peneliti Alvara Research Center, Lilik Purwandi, dalam diskusi di Indonesia Internet Expo and Summit (IIXS) 2019 di JCC, Jakarta, Kamis (26 September 2019).

Jumlah milenial di Indonesia sekitar 34 persen dari total populasi. Jika dihitung angkanya sekitar 84 juta penduduk. Sebanyak 73 persen Milenial menggunakan akses internet untuk browsing dan video streaming 56 persen. Kemudian 51 persen memanfaatkan internet untuk download.

"Kebutuhan internet Milenial sangat tinggi. Ingat, ini peluang besar karena mereka ini melakukan semuanya di internet mulai dari cek status, cek berita, cek barang baru, siapa yang komentar dan lain-lain."

"Nah, hal-hal itu jadi ukuran mereka. Apalagi untuk dunia entertainment dan marketing, itu tombol like dan comment sangat berharga," ujarnya.

Managing director Inexus Digital, Anggun Triadi, mengatakan pendekatan ke konsumen di era digital jauh berbeda. Dulu, di era keemasan televisi dan radio, iklan disebar ke khalayak dengan cara kuno yakni one way communication.

Di era digital, periklanan digital mampu menarget konsumen lebih spesifik sampai ke habit/kebiasaan dan hobi. Bahkan dengan menggunakan Deep Learning, periklanan digital mampu memprediksi kapan konsumen akan membeli.

"Kalau misalnya anda suka sepak bola, maka iklan yang akan mendatangi anda pasti seputar sepak bola. Misalnya jersey, suporter, klub dan sebagainya. Enggak mungkin iklan yang datang itu barang otomotif," kata Anggun.

Komunikasi dalam iklan digital harus lebih spesifik. Misalnya satu brand dalam menawarkan produk bisa lebih spesifik. Menurut data yang didapatkan Anggun, lebih 80 persen cara berkomunikasi Milenial dengan iklan digital melalui media sosial dan chat.

Lead Data Scientist Kazee Indonesia, Pujo Laksono, mengatakan ketersediaan data menjadi kunci kemajuan ekonomi digital. Sayangnya, Pemerintah dan masyarakat Indonesia masih belum menyadari pentingnya data sebagai aset paling berharga di era digital.

"Saya sangat menyayangkan karena kesadaran terhadap kegunaan dan manfaat data belum ada di Indonesia, sangat kurang. Padahal, data itu penting, data itu mahal," ujarnya.

#Iixs2019   #internet   #Kazee   #Inexus   #alvararesearchcenter   #ekonomidigital   #internet   #cyberthreat   #cybersecurity   #marketingdigital   #deeplearning

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Politeknik Siber dan Sandi Negara Gandeng KOICA Selenggarakan Program Cyber Security Vocational Center
Survei APJII, Pengguna Internet Indonesia 2024 Mencapai 221,5 Juta Jiwa