
Ilustrasi. | Foto: Nurphoto/Jaap Arriens/Forbes
Ilustrasi. | Foto: Nurphoto/Jaap Arriens/Forbes
Cyberthreat.id – Ini akal-akalan pengembang aplikasi Android untuk cari duit.
Dalam temuan peneliti keamanan Sophos Labs, perusahaan keamanan siber asal Inggris, sejumlah pengembang aplikasi berbasis Android mengambil untung dari celah dalam kebijakan Google Play Store.
Pengembang mengambil untung dari aplikasi sederhana tapi berbayar seperti kalkulator dan pemindai barcode (kode batang).
Jadi, aplikasi itu memanfaatkan periode uji coba. Ini merupakan tahap mekanisme monetisasi aplikasi, di mana pengembang memberikan kesempatan pengguna untuk menguji aplikasi komersial secara gratis untuk jangka waktu terbatas.
“Jika pengguna tidak menyukai aplikasi ini, mereka dapat menghapus instalasinya,” demikian seperti dikutip dari ZDNet, Rabu (25 September 2019).
Menurut kebijakan Play Store, pengguna seharusnya membatalkan periode uji coba terlebih dahulu dan baru kemudian mencopot pemasangan aplikasi.
Namun, sebagian besar pengembang aplikasi tidak menerapkan aturan itu dan mereka biasanya mengartikan pencopotan aplikasi juga sebagai pembatalan periode percobaan. Beberapa pengembang tampaknya memang telah menyusun skenario tak bermoral tersebut.
Oleh karena itu, “Jika pengguna gagal membatalkan periode uji coba, mereka tetap membebankan biaya kepada pengguna, bahkan jika mereka telah mencopot aplikasi,” tulis ZDNet.
Sebagian besar aplikasi memang hanya bernilai beberapa dolar dan tampaknya bukan masalah besar bagi banyak pengguna yang sering menginstal ulang aplikasi dan membatalkan langganan yang tersisa.
Namun, dalam sebuah laporan yang diterbitkan kemarin, Sophos Labs juga menemukan puluhan aplikasi yang terlalu mahal bagi pengguna mereka ketika mereka gagal membatalkan periode uji coba.
Misalnya ada pengembang yang mengenakan biaya antara US$ 100 hingga US$ 240 untuk aplikasi paling dasar, seperti pembaca QR atau barcode, kalkulator, alat untuk membuat GIF animasi, atau edit foto.
“Kami menemukan beberapa pengguna mengeluh karena telah ditagih berlebihan, bahkan ketika mereka telah mencopot pemasangan aplikasi. Ini model bisnis yang berjalan di jalur etika yang baik, tetapi tampaknya berhasil [dilakukan pengembang], "kata Jagadeesh Chandraiah, analis keamanan seluler Sophos Labs.
"Dengan jutaan pemasangan, jika sebagian kecil pengguna lupa membatalkan langganan sebelum masa percobaan habis, pembuat aplikasi pun telah dapat menghasilkan uang yang signifikan," ia menambahkan.
Meski, secara teknis aplikasi ini bukan malware, ada baiknya Google mengambil sikap dan menghapus aplikasi yang begitu mahal.
Lihat laporan Sophos untuk gambar dan nama beberapa aplikasi penipuan ini
Share: