
Ilustrasi | Foto: ladypinem.com
Ilustrasi | Foto: ladypinem.com
Cyberthreat.id – Dmitry Popelysh, seorang peretas Rusia, menuding mantan karyawan Kaspersky telah menyuruhnya untuk mencuri sekitar £ 150.000 atau sekitar Rp 2,63 miliar dari bank-bank lokal.
"Dmitry mengklaim bahwa bukti dalam kasusnya sengaja dibuat,” demikian seperti dilaporkan kantor berita RBC.
Hal itu disampaikan Dmitry dalam pengadilan di Moskow, Rusia pada 5 September seperti dikutip dari The Register, Jumat (20 September 2019). Dmitry membobol sejumlah bank, termasuk Sberbank dan VTB.
Di depan hakim, ia menyebut mantan karyawan Kaspersky, Ruslan Stoyanov, telah menyuruhnya untuk melakukan hal itu. Ruslan Stoyanov adalah mantan kepala departemen investigasi insiden komputer Kaspersky Lab.
Pada Februari lalu, Stoyanov juga mantan polisi utama dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena pengkhianatan setelah diduga menyerahkan rincian penyelidikan FSB (agen mata-mata pasca-Soviet) kepada FBI Amerika Serikat.
Dmitry juga dinyatakan bersalah melakukan peretasan pada tahun 2012, tetapi dijatuhi hukuman percobaan. Dia mengklaim bahwa Stoyanov, yang awalnya menghubunginya secara anonim, telah memerasnya dengan mengancam akan mengaktifkan hukumannya dan mengirimnya ke penjara kecuali dia bekerja sama.
Menurut Dmitry, Stoyanov telah menyamar sebagai petugas penegak hukum anonim. dan menuntut untuk memberikan rincian tepat semua malware, metode akses, dan kredensial login yang digunakan untuk meretas bank.
"Dalam proses komunikasi lebih lanjut," klaim Dmitry, "dia mengingatkan saya bahwa saya dihukum karena tindakan penipuan terhadap VTB24 Bank dan bahwa ada episode Sberbank yang tidak termasuk dalam kasus ini.
“Tetapi dia akan memberi mereka kesempatan jika saya menghubungi badan penegak hukum atau saya tidak akan bekerja sama dengannya."
Pada penangkapan Dmitry untuk peretasan bank pada Mei 2015, identitas orang anonim itu terungkap sebagai Stoyanov.
Kepada kantor berita RBC, pengacara Stoyanov, mengatakan, bahwa klaim Dmitry tidak benar. Menurut pengacara, Dmitry telah mengatakan kepada Stoyanov secara pribadi bahwa ia bermaksud untuk masuk ke lebih banyak sistem bank dan membeli sendiri barang-barang mewah dengan hasil curiannya itu.
Dmitry didakwa pada 2016 dengan meretas bank lagi. Meski dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman delapan tahun, hukumannya dibatalkan pada Maret tahun ini dan persidangan ulang dilakukan.
Sementara itu, RBC juga melaporkan bahwa Konstantin Kozlovsky, peretas lain yang saat ini menjalani hukuman penjara, "mengklaim bahwa ia telah bekerja sama dengan FSB selama sekitar 10 tahun".
Menurut Kozlovsky, pejabat FSBa telah memerintahkannya untuk meretas Komite Nasional Demokratik AS, server email pribadi Hilary Clinton, dan Badan Anti-Doping Dunia (World Anti-Doping Agency).
Share: