
Ilustrasi. Foto: Freepik.com
Ilustrasi. Foto: Freepik.com
Jakarta, Cyberthreat.id - Asosiasi Internet of Things (IoT) Indonesia mengatakan, potensi pasar IoT di Indonesia sangat besar. Berdasarkan survei asosiasi, nilai pasar IoT Indonesia diperkirakan mencapai Rp444 triliun pada 2022.
“Sayangnya, potensi yang besar itu tidak dibarengi dengan ketersediaan pemain industri IoT di Indonesia yang masih sedikit,” ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia, Andri Yadi, di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Selain itu, survei itu juga menunjukkan sekitar 96 persen responden meyakini industri lokal dapat menghasilkan perangkat keras IoT, seperti sensor, card interfaces, antena, pengontrol mini, dan smart meters.
Andri mengatakan, potensi pasar dan kepercayaan diri pelaku industri harus didukung dengan cepat oleh pemerintah melalui peta jalan IoT dan regulasi. “Para pelaku industri harus berani mengidentifikasi peluang dan berani untuk melakukan investasi demi akselerasi industri IoT di Indonesia,” ujar Andri.
Country Manager Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, mengatakan, kemunculan artificial intelligence, augmented virtual reality, robotika, 3D printing hingga teknologi 5G merupakan bagian penting tak terpisahkan dari IoT.
Ia mengaku senang bila perusahaannya bisa membantu Indonesia dalam mewujudkan inisiatif Revolusi Industri 4.0, terutama terkait dengan perkembangan IoT.
PETA JALAN DAN REGULASI IOT
Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana menerbitkan peta jalan IoT dalam bentuk peraturan menteri tahun ini. Regulasi ini sebetulnya sudah dikaji sejak 2017. Setidaknya ada tiga persoalan yang membuat pembahasannya masih berlanjut hingga sekarang, yakni standar frekuensi, perangkat dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
“Pemerintah maunya IoT dimanfaatkan untuk berbagai macam sektor, dari pelaku besar sampai kecil,” kata Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo Ferdinandus Setu, belum lama ini.
Menurut Nando, begitu dia biasa disapa, teknologi IoT memiliki lima lapisan yakni aplikasi, platform, jaringan, peralatan, dan keamanan. Menurut dia, perkembangan IoT harus diperhatikan dari sisi kemanannya.
"Trust adalah atribut yang memberikan jaminan bahwa informasi identitas pribadi pengguna akhir dilindungi dan hanya digunakan untuk tujuan yang disepakati. Hal ini menjadi sangat penting untuk keberhasilan adopsi IoT di Indonesia,” ujar Nando.
Disinggung peran IoT yang berpotensi menggeser tenaga manusia, menurut Nando, hal itu konsekuensi perkembangan teknologi. Tetapi, kata dia, justru kehadiran teknologi dapat membantu peran manusia dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi.
“Ada hal yang tidak bisa dikerjakan manusia, ya tentu menggunakan teknologi, seperti robotik. Namun, intinya saling melengkapi. Kemajuan apa pun dalam teknologi, manusia selalu menjadi man behind of the machine. Manusia yang mengendalikan,” tutur Nando.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: