
Google. | Foto: 9to5google.com
Google. | Foto: 9to5google.com
Cyberthreat.id – Pemerintah Amerika Serikat memulai penyelidikan atas dugaan pelanggaran kebijakan antimonopoli terhadap sejumlah perusahaan teknologi dari Silicon Valley, California.
Penyelidikan yang dilakukan oleh jaksa agung negara bagian itu terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama yang dipimpin oleh jaksa agung New York beranggotakan tujuh negara bagian, termasuk Distrik Columbia, fokus pada Facebook.
Sementara, kelompok kedua yang dipimpin oleh jaksa agung Texas dan kemungkinan mencakup hingga 40 negara bagian, tidak menentukan target perusahaan teknologi, tetapi dugaannya pada Google.
Berita Terkait:
Setelah dipuji sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, perusahaan teknologi seperti media sosial, pencarian internet, e-commerce, dan teknologi digital lainnya semakin bersikap defensif terhadap pelanggaran privasi dan pengaruh pasar mereka yang terlalu besar.
Politisi AS, termasuk Presiden Donald Trump, para konsumen, perusahaan lain dan regulator telah mengkritik kekuatan mereka.
"Saya meluncurkan investigasi ke Facebook untuk menentukan apakah tindakan mereka membahayakan data konsumen, mengurangi kualitas pilihan konsumen atau meningkatkan harga iklan," kicau Jaksa Agung New York Letitia James dalam akun Twitter-nya.
"Platform media sosial terbesar di dunia harus mengikuti hukum," kata dia.
Penyelidikan Facebook akan mencakup New York, Colorado, Florida, Iowa, Nebraska, Carolina Utara, Ohio, Tennessee dan Distrik Columbia.
Jaksa Agung Texas Ken Paxton mengatakan pihaknya akan memimpin penyelidikan perusahaan teknologi besar, tetapi dirinya enggan menyebutkan namanya.
Penyelidikan itu, kemungkinan mencakup lebih dari 40 jaksa agung negara bagian, diperkirakan akan fokus pada Google, demikian sumber Reuters. Sumber lain sebelumnya mengatakan bahwa penyelidikan Google akan melihat persimpangan privasi dan antimonopoli.
Perusahaan Induk Google, Alphabet, pada Jumat lalu, mengatakan, Departemen Kehakiman pada akhir Agustus memang telah meminta informasi dan dokumen yang berkaitan dengan penyelidikan dugaan monopoli.
Di tingkat federal, Departemen Kehakiman dan Komisi Perdagangan Federal sedang menyelidiki Facebook, Google, Apple dan Amazon atas dugaan potensi pelanggaran hukum antimonopoli.
Will Castleberry, Wakil Presiden Facebook untuk Kebijakan Negara Bagian dan Lokal, mengatakan, setelah pengumuman tersebut perusahaan akan bekerja secara konstruktif dengan jaksa agung negara bagian.
“Orang memiliki banyak pilihan untuk setiap layanan yang kami sediakan. Kami memahami bahwa jika kami berhenti berinovasi, orang dapat dengan mudah meninggalkan platform kami. Ini menggarisbawahi kompetisi yang kami hadapi, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi di seluruh dunia,” kata Castleberry.
Perusahaan-perusahaan teknologi telah berulang kali dikritik dalam beberapa tahun terakhir. Facebook, misalnya, dinilai lambat untuk menekan konten ujaran kebencian, dan baru-baru ini membayar US$ 5 miliar terkait kasus data 87 juta pengguna yang bocor dan dipakai oleh konsultan politik Inggris Cambridge Analytica. Klien konsultasi termasuk kampanye Donald Trump pada Pemilu 2016.
Google juga telah menghadapi tuduhan bahwa layanan pencarian webnya, yang telah menjadi begitu dominan sehingga sekarang menjadi "kata kerja", mengarahkan konsumen ke produknya sendiri dengan memanfaatkan biaya pesaing.
"Kami berharap dapat bekerja sama dengan jaksa agung untuk menjawab pertanyaan tentang bisnis kami dan sektor teknologi yang dinamis," kata juru bicara Google Jose Castaneda dalam email kepada Reuters.
Amazon, pengecer online terbesar di dunia, telah dituduh melakukan taktik tidak adil dengan penjual pihak ketiga di situs webnya, yang harus membayar iklan untuk bersaing dengan pihak pertama dan penjualan label pribadi oleh Amazon sendiri.
Apple mendapat kecaman dari pengembang aplikasi karena praktik seperti membuat hanya aplikasi iPhone yang tersedia melalui App Store resminya. Aplikasi streaming musik Spotify menuduh bahwa kebijakan App Store menyulitkan untuk bersaing dengan Apple Music untuk pelanggan berbayar.
Amazon dan Apple tidak memberikan komentar terkait hal tersebut.
Tindakan penyelidikan jaksa agung negara bagian secara bersama-sama itu bukan kali ini saja terjadi.
Jaksa agung dari 20 negara bagian dan District of Columbia bekerja sama dengan Departemen Kehakiman AS pada 1998 untuk menuntut Microsoft Corp karena berusaha memperluas monopolinya dalam sistem operasi komputer pribadi ke perangkat lunak penelusuran internet. Kasus itu akhir selesai.
Share: