
Ilustrasi | Foto: Freepik
Ilustrasi | Foto: Freepik
New York, Cyberthreat.id - Institute for Business Value IBM merilis hasil studi terkait kehadiran teknologi Artificial Intelligent (AI) dan dampaknya bagi tenaga kerja manual.
Hasil studi tersebut menyimpulkan, para tenaga kerja manual perlu beradaptasi dan bahkan dilatih ulang untuk mengimbangi kehadiran teknologi terbaru ini.
Disebutkan, sebanyak 120 juta pekerja dari 12 negara ekonomi terbesar di dunia, dalam tiga tahun ke depan perlu beradaptasi dengan teknologi ini. Jika tidak, mungkin saja akan tergeser dan bahkan digantikan dengan teknologi AI.
"Organisasi menghadapi kekhawatiran yang meningkat atas kesenjangan keterampilan yang melebar dan pasar tenaga kerja yang semakin ketat dengan potensi untuk mempengaruhi masa depan mereka serta ekonomi dunia," kata Amy Wright, Mitra Pengelola IBM Talent & Transformation, dalam rilisnya, seperti dikutip dari Cnet, Sabtu, (7 September 2019).
Survei yang melibatkan setengah dari CEO dari negara-negara dengan ekonomi terbesar tersebut, mengungkapkan, para CEO memerlukan sumber daya yang dibutuhkan untuk menutup kesenjangan, akibat dari teknologi baru ini.
“Namun, sementara eksekutif menyadari beratnya masalah, setengah dari mereka yang disurvei mengakui bahwa mereka tidak memiliki strategi pengembangan keterampilan untuk mengatasi kesenjangan terbesar mereka,” tulis Wright.
Kekhawatiran ini sangat beralasan. Karena perusahaan, seperti Tesla dan CEO SpaceX, Elon Musk, juga mengungkapkan tentang bagaimana kemajuan dalam AI akan berdampak pada pekerjaan bukanlah hal baru.
“Tesla dan CEO SpaceX Elon Musk bulan lalu mengatakan AI dapat membuat banyak pekerjaan sia-sia. Satu laporan awal tahun ini menemukan bahwa robot dapat menggantikan manusia di seperempat pekerjaan AS pada tahun 2030,” tambah Wright.
IBM mengungkapkan, perusahaan harus dapat menutup kesenjangan keterampilan yang diperlukan untuk era AI ini. Tetapi ini tidak selalu mudah.
IBM melanjutkan, penelitian global menunjukkan waktu yang diperlukan untuk menutup kesenjangan keterampilan melalui pelatihan karyawan telah meningkat lebih dari 10 kali dalam empat tahun terakhir.
“Itu sebagian karena persyaratan keterampilan baru yang muncul dengan cepat, sementara keterampilan lainnya menjadi usang,” ungkap Wright.
Menurut IBM, salah satu syarat untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi ini, adalah, menggunakan AI untuk menemukan keterampilan apa yang sudah tersedia di seluruh organisasi mereka, serta berbagi info itu dengan karyawan untuk mendorong budaya pembelajaran berkelanjutan.
Share: