
Blibli | Foto: Faisal Hafis
Blibli | Foto: Faisal Hafis
Jakarta, Cyberthreat.id - Head of Data Analytics Blibli.com, Johan Sulaiman, mengatakan dirinya tidak sepakat data disamakan dengan emas. Menurut dia, data lebih tepat disamakan dengan oil/minyak bumi karena digali/ditambang dari perut bumi.
"Saya sih tidak sepakat data itu emas, saya lebih suka bilang data itu oil karena karena prosesnya banyak agar bisa digunakan. Kalau emas mentah sudah bisa dijual. Kalau data mentah itu belum bisa dipakai sehingga mesti ada proses," kata Johan kepada Cyberthreat.id usai menjadi narasumber di Google Cloud Summit 2019 di Jakarta, Kamis (5 September 2019).
Johan menjelaskan Blibli melakukan pengolahan data sejak awal mereka berdiri tahun 2011. Istilahnya, more data, company grows. Hingga kini Blibli memiliki lima sumber data yakni:
1. Data transaksi dan customer
2. Data targeting consumer
3. Data validity
4. Data tracked activity website
5. Various data source (sumber lain)
Semua data tersebut dikoleksi kemudian di sorting kalau datanya belum terstruktur. Berikutnya, data yang disimpan dikawinkan dengan data lain sehingga data semakin kaya lalu memberikan dimensi yang lengkap tentang topik misalnya customer, merchant atau bisnis.
"Dari situ mulai kami masukkan ke kategori analisanya. Apakah lebih ke deskriptif atau preskripsi. Deskriptif artinya cuma menjelaskan kondisi di masa lalu, sebaliknya prediktif sudah memberikan preskripsi. Itulah yang menjadi dasar dalam mengambil tindakan," ujarnya.
Data Medsos
Blibli juga menambang data dari media sosial. Tujuannya agar mereka bisa terikat dengan customer sehingga data-datanya bisa digali. Ada tiga platform yang dijadikan Blibli sebagai tempat untuk menambang data yakni Facebook, Instagram dan Google.
"Kami secara rutin memberikan konten di medsos dengan harapan bisa berinteraksi atau enggaged secara langsung dengan customer termasuk yang di luar aplikasi Blibli. Dengan begitu kami mendapatkan banyak inputan data."
Salah satu manfaat pengolahan data dari medsos adalah meningkatnya jumlah monthly user Blibli yang kini telah mencapai 80 juta perbulan. Angka ini meningkat signifikan dibanding dua bulan lalu dimana monthly user Blibli berada di angka 65 juta perbulan.
"Makanya data-data di medsos ini kami cari terus. Kami akan gali terus apa yang masih kurang dari Blibli karena monthly user 80 juta itu masih kecil. Dan saya katakan jumlah ini masih kecil karena pengguna e-commerce Indonesia saat ini baru awal," kata dia.
Blibli tengah mengembangkan konsep Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning dalam pengolahan data. Salah satu yang dikembangkan adalah mendeteksi penipuan dengan metode use case automation.
"Kami ingin memudahkan pekerjaan yang masih manual. Misalnya deteksi fraud/penipuan dalam menentukan apakah ini fraud atau bukan. Kami sedang coba apakah ini bisa diautomasi dan kami punya data internal yang akan kami jaga," ujarnya.
Share: