
Elon Musk dan Jack Ma | Foto: teslarati.com
Elon Musk dan Jack Ma | Foto: teslarati.com
Shanghai, Cyberthreat.id – Pendiri Alibaba Jack Ma mengatakan, orang-orang tak perlu takut dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI).
Pernyataan itu disampaikan Ma di sebuah acara di Shanghai, China bersama CEO Tesla Elon Musk. Mereka berdiskusi selama 45 menit di Konferensi AI Dunia (WAIC), Kamis (29 Agustus 2019), seperti dikutip dari BBC. Isu yang disinggung adalah prospek China menyalip AS untuk menjadi inovator kecerdasan buatan terkemuka dunia pada 2030.
Keduanya adalah dua pemimpin teknologi paling berpengaruh yang membentuk dunia saat ini.
Musk yang bermarkas di AS membuat kekayaannya di perusahaan pembayaran digital PayPal sebelum melanjutkan untuk menjalankan pembuat mobil listrik Tesla dan perusahaan roket luar angkasa SpaceX. Dia juga membantu menciptakan OpenAI, sebuah perusahaan riset AI yang berbasis di San Francisco meski ia telah memutuskan hubungan dengan proyek itu.
Ma memiliki Alibaba yang menyaingi Amazon untuk mendapatkan gelar peritel online terbesar di dunia dan juga salah satu penyedia komputasi awan terbesar di dunia. Grup Alibaba salah satu pembelanja terbesar di dunia untuk AI, baik dalam bisnisnya sendiri maupun melalui investasi di lusinan perusahaan pihak ketiga.
Pembelajaran mesin
Ma mengatakan, dirinya telah banyak berkomentar tentang bagaimana pembelajaran mesin dapat bertindak sebagai kekuatan untuk kebaikan. Dia mengatakan, teknologi itu "untuk merangkul" dan akan memberikan wawasan baru tentang bagaimana orang berpikir.
"Ketika manusia memahami diri kita lebih baik, maka kita bisa memperbaiki dunia dengan lebih baik," jelasnya.
Lebih lanjut, dia memperkirakan AI akan membantu menciptakan jenis pekerjaan baru, sementara manusia mulai perlu mengurangi bekerja, yang dipusatkan pada tugas-tugas kreatif.
"Saya pikir orang harus bekerja tiga hari seminggu, empat jam sehari. "Dalam periode kecerdasan buatan ini, orang bisa hidup 120 tahun,” kata dia.
"Pada saat itu kita akan memiliki banyak pekerjaan yang tak seorang pun ingin dilakukan. Jadi, kami membutuhkan kecerdasan buatan agar robot dapat merawat orang-orangtua.”
"Jadi itu pandangan saya tentang pekerjaan, jangan khawatir tentang itu, kita akan memiliki pekerjaan,” tutur dia.
Pengangguran massal
Sebaliknya, Musk megatakan, bahwa pengangguran massal adalah masalah nyata. "AI akan membuat pekerjaan menjadi sia-sia," kata dia..
"Mungkin pekerjaan terakhir yang tersisa adalah menulis AI, dan akhirnya, AI hanya akan menulis perangkat lunaknya sendiri."
Menurut Musk, ada risiko bahwa peradaban manusia bisa berakhir. "Anda bisa menganggap kemanusiaan sebagai boot loader biologis untuk super-intelijen digital," Musk menjelaskan.
"Boot loader adalah ... semacam sedikit kode yang diperlukan untuk memulai komputer.
"Kamu tidak bisa mengembangkan sirkuit silikon. Harus ada biologi untuk sampai ke sana."
Untuk menghindari nasib seperti itu, dia berkata, “kita perlu menemukan cara untuk menghubungkan otak kita ke komputer sehingga kita bisa "mengikuti perjalanan dengan AI"—sesuatu yang dia coba melalui salah satu start-up terbarunya.
Ma mengakui bahwa AI sekarang dapat mengalahkan manusia di permainan seperti catur dan Go, tetapi ia menilai komputer hanya akan menjadi salah satu dari beberapa alat cerdas yang akan dikembangkan manusia.
"Jangan khawatir tentang mesin. Yang pasti, kita harus memahami satu hal: laki-laki itu tidak akan pernah bisa membuat laki-laki lain,” tutur dia.
“Komputer adalah komputer. Komputer hanyalah mainan.”
“Manusia bahkan tidak bisa membuat nyamuk. Jadi, kita harus memiliki kepercayaan diri. Komputer hanya punya chip, manusia punya hati. Itu adalah jantung dari mana kebijaksanaan itu berasal," Ma menambahkan
Ia tak menyangkal bahwa komputer mungkin semakin pintar, tetapi manusia jauh lebih pintar.
Share: