
Foto: Wikipedia
Foto: Wikipedia
Jakarta, Cyberthreat.id - Usai hasil hitung cepat lembaga survei yang mengunggulkan pasangan Capres dan Cawapres Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin pada Rabu (17/4/2019), media sosial Twitter masih riuh soal Pilpres 2019.
Yaitu, kemunculan narasi seolah-olah telah terjadi serangan peretas atau hacker ke server Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia melalui sebuah video animasi.
Dalam pandangan analis media sosial juga pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, sebetulnya video yang disebar di Twitter tersebut bukanlah serangan hacker ke server KPU.
"Seolah-olah video tersebut menunjukkan ada negara lain yang menyerang KPU, padahal itu tampilan biasa dari serangan siber dari seluruh dunia. Itu visualisasi umum dan enggak ada urusan dengan KPU," kata Ismail saat dihubungi, Kamis (18/4/2019).
Selain narasi serangan hacker itu, tagar lain yang cenderung mendukung paslon nomor urut 02 adalah tagar #02wintheelection dan #PrabowoWinRealCount. Sementara, khusus tagar #INAelectionObserverSOS yang muncul sejak, Rabu sore, masuk dalam topik terpopuler Twitter di seluruh dunia hingga Kamis (18/4/2019) pukul 21.00 WIB.
Ismail mengatakan, kemunculan tagar-tagar itu kemungkinan besar sebagai bentuk protes dari para pendukung paslon Capres dan Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo-Sandiaga yang kalah dalam hasil hitung cepat lembaga survei.
"Tagar itu untuk mengangkat isu kecurangan (pemilu), itu yang sekarang mereka perjuangankan," kata Ismail.
Percakapan Prabowo-Sandi Tinggi
Menurut Ismail, sebetulnya percakapan tentang pasangan Prabowo-Sandi di Twitter mengalami lonjakan tinggi dalam tiga pekan terakhir sebelum hari pencoblosan.
"Mereka unggul di dunia maya selama masa kampanye baru akhir-akhir ini, meski jika ditotal volume perbincangan masih tinggi pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin," kata dia.
Apa yang menyebabkan perbincangan dari paslon nomor urut 01 begitu tinggi? Ismail mengatakan, hal itu adanya dukungan oleh spam yang disebarkan oleh akun-akun pendukung paslon Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Banyak materi seperti meme, video dengan gambar sama, tapi dikirim oleh user yang berbeda-beda, itu secara repetitif dan terprogram. Dan, kebanyakan dari tweet itu tidak mendapatkan respons atau retweet," kata Ismail.
Mengapa kicauan-kicauan itu tidak begitu direspons? Ismail mengatakan, karena akun-akun yang menyebarkan spam-spam itu biasanya akun program atau komputer. "Makanya volumenya tinggi dan kebanyakan isinya sama," tutur dia.
Share: