
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Seiring geliat bisnis usaha kecil dan menengah, perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai mengadopsi layanan penyimpanan data pada komputasi awan (cloud computing).
Demikian laporan Kaspersky yang melakukan survei terhadap 134 perusahaan di Indonesia yang dipaparkan di Jakarta, Rabu (28 Agustus 2019). Menurut Kaspersky, 19,4 persen perusahaan telah memakai layanan cloud publik dan 32,1 persen berencana mengadopsi dalam setahun ke depan.
Sementara, sebanyak 31,3 persen perusahaan telah bermigrasi ke cloud untuk menyimpan informasi sensitif para pelanggan. “Ini membuktikan bahwa Indonesia siap merangkul efek positif dari digitalisasi,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager for South East Asia Kaspersky dalam siaran persnya, Rabu.
Yeo mengatakan, perusahaan harus memahami bahwa perhatian terhadap pertahanan keamanan siber juga diperlukan. “Dengan konektivitas yang lebih besar, muncul risiko dan kerentanan yang lebih besar pula,” tutur dia.
Serangan siber yang biasanya menyasar komputasi awan, tulis Kaspersky, berkaitan dengan pelanggaran data pelanggan. Data-data yang dicuri peretas (hacker), di antaranya identitas pelanggan, rincian pembayaran, bahkan kredensial otentikasi pengguna.
Kerugian dari serangan itu cukup beragam, antara lain kerugian operasional, finansial, pencemaran reputasi, dan hilangnya loyalitas pelanggan yang sudah diperoleh dengan susah payah.
“Perkiraan kerugian pelanggaran data yang berhasil dan berpengaruh pada infrastruktur cloud publik bisa mencapaiUS$ 2 juta. Ini biaya yang sangat mahal. Jadi, perusahaan harus memahami perlunya berbagi tanggung jawab dalam mengamankan data di cloud untuk seluruh pihak yang terlibat,” tutur Yeo.
Yeo mengatakan, serangan siber yang menyerang komputasi awan di Indonesia terbagi dalam tiga jenis, antara lain phishing sekitar 19 persen, penipuan media sosial (20,7 persen), dan lain-lain (6,9 persen).
Studi Kaspersky juga menemukan, hampir setengah perusahaan di Indonesia memiliki inisiatif untuk mengambil tindakan preventif demi menghindari kebocoran data dari penggunaan cloud.
Namun, beberapa perusahaan juga masih kebingungan mengenai cara mengelola keamanannya dengan tepat, terutama kekhawatiran pelanggaran data pada sistem cloud-nya.
Untuk melindungi bisnis dari serangan siber, berikut ini saran dari Kaspersky:
Share: