
Mengenal Dua Calon Ibukota Baru RI Lewat Google Maps
Mengenal Dua Calon Ibukota Baru RI Lewat Google Maps
Jakarta, Cyberthreat.Id - Presiden Joko Widodo mengumumkan dua daerah di Kalimantan Timur sebagai calon ibukota pemerintahan baru Republik Indonesia pada Senin, 26 Agustus 2019. Kedua daerah itu adalah Kabupaten Penajem Pasar Utara dan Kutai Kertanegara. Kedua daerah ini berbatasan langsung.
(Ilustrasi: tangkapan layar Google Maps)
Kabupaten Penajem Paser Utara adalah kabupaten termuda kedua di Kalimantan Timur. Letaknya tak jauh dari Balikpapan. Sebelumnya, kabupaten termasuk dalam wilayah Kabupaten Paser. Namun, pada 10 April 2002, Penajem Paser Utara berdiri sendiri dan dikukuhkan lewat UU RI Nomor 7 Tahun 2002.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, Penajem Paser Utara dengan luas 3.333,06 km2 dihuni oleh 142.693 jiwa. Sebanyak 74.705 orang laki-laki dan 67.988 jiwa perempuan. Pada 2015, jumlah penduduknya menjadi 190.536 jiwa.
Dalam lambang daerahnya, Penajem Paser Utara punya semboyan ‘Benuo Taka’. Artinya: Daerah Kita atau Kampung Halaman Kita. Semboyan ini berasal dari bahasa Suku Paser yang bermakna bahwa daerah tersebut terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan budaya namun tetap merupakan satu kesatuan ikatan kekeluargaan.
(Ilustrasi: tangkapan layar Google Maps)
Dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sehari - hari, penduduk di Kabupaten Penajam Paser Utara mayoritas menggunakan Bahasa Indonesia karena merupakan akulturasi dari berbagai suku, terutama Suku Banjar, Bugis, Jawa, Nusa Tenggara, Sumatra, Maluku, dan Dayak Paser.
Kabupaten Kutai Kertanegara memiliki luas wilayah 27.263 km persegi yang dibagi dalam 18 kecamatan dan 22 desa/kelurahan. Sensus 2010 mencatat penduduknya mencapai 626.286 jiwa.
Mengutip laman Wikipedia, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam terutama minyak bumi dan dan gas alam (migas) serta batubara.
Walhasil, perekonomian Kutai Kartanegara masih didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai lebih dari 77%. Sektor pertanian dan kehutanan hanya memberikan konstribusi sekitar 11%, sedangkan sisanya disumbangkan dari sektor perdagangan dan hotel, yakni kurang lebih 3%, industri pengolahan sekitar 2,5%, bangunan 3%, keuangan 1% dan sektor lainnya sekitar 2%.
Angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun 1999 hingga 2003 mengalami peningkatan signifikan, yakni dari Rp. 15,59 triliun pada 1999 menjadi Rp. 27,05 triliun pada 2003.
Bila dilihat perkembangan PDRB non-migas atas dasar harga berlaku, angka PDRB non-migas tahun 1999 juga mengalami peningkatan, dari sebesar Rp. 4,51 triliun meningkat menjadi Rp. 6,12 triliun pada tahun 2003, sementara PDRB atas dasar harga konstan dengan migas maupun non-migas juga mengalami peningkatan dari Rp. 6,45 triliun (1999) menjadi Rp. 7,72 triliun (2003).
PDRB atas dasar harga konstan non-migas mengalami peningkatan dari Rp. 1,80 triliun (1999) menjadi Rp. 2,46 triliun tahun 2003. Total PDRB per kapita Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2003 mengalami peningkatan yang cukup positif hingga mencapai Rp. 56,79 juta dengan total pendapatan per kapita juga meningkat sebesar Rp. 43,57 juta.[]
Share: