
Ilustrasi. | Foto: SOPA/CNET
Ilustrasi. | Foto: SOPA/CNET
Seattle, Cyberthreat.id – Paige Thompson, tersangka kasus peretasan jutaan data nasabah Capital One, untuk sementara ditahan selama proses persidangan. Pada persidangan, Jumat (23 Agustus 2019), hakim di pengadilan Seattle memutuskan, penahanan itu guna menghindari risiko melarikan diri.
Perempuan transgender berusia 33 tahun itu dianggap membahayakan diri sendiri dan orang lain, demikian disampaikan Hakim AS Michelle Peterson. Selain itu, keterampilan yang dimiliki tersangka bisa membahayakan risiko kerugian finansial bagi lembaga perbankan.
Sebelumnya, menurut laporan ZDNet tersangka mencoba untuk melakukan bunuh diri dengan melibatkan anggota polisi setempat. Ia juga sempat mengancam akan menembaki perusahaan media sosial di California, Mei lalu, tapi tak disebutkan nama perusahaannya.
Menurut jaksa penuntut umum (JPU), Thompson memiliki riwayat masalah kesehatan mental.
Berita Terkait:
Sementara, Mohammad Ali Hamoudi, pengacara tersangka, meminta kliennya agar ditahan di rumah singgah dan tetap diawasi melalui alat sistem pemosisi global (GPS).
Selain itu, menurut dia, Thompson juga bisa mendapatkan perawatan kesehatan mental serta mencegah dirinya menjadi subjek pelecehan seksual atau trauma, ini sesuai evaluasi psikiatri Dr Matt Goldenberg.
“Menempatkan Thompson di penjara laki-laki dalam jangka panjang memungkinkan tersangka mengalami gangguan disforia gender (gangguan yang biasa dialami pelaku transgender), semakin depresi dan berisiko bunuh diri,” tulis Goldenberg seperti dikutip dari The Daily Beast.
Hamoudi juga menilai penjara federal tidak dilengkapi layanan yang baik bagi mereka yang ditahan sementara. Apalagi riwayat bunuh diri kliennnya bisa menimbulkan risiko. Ia mencontohkan kasus bunuh diri Jeffery Epstein yang terjadi baru-baru ini.
Untuk membeaskan kliennya, Hamoudi juga menyertakansurat dukungan dari American Civil Liberties Union (ACLU) untuk mendesak agar kliennya dibebaskan dari penjara laki-laki.
"Kondisi yang dihadapi banyak perempuan transgender di penjara mengakibatkan trauma seumur hidup, konsekuensi kesehatan yang buruk, dan kadang-kadang, kematian," tulis pengacara ACLU juga aktivis hak transgender, Chase Strangio, ke pengadilan.
Pada pengadilan Jumat kemarin, jaksa mengatakan, alasan pihaknya mengajukan penahan karena ancaman yang bisa ditimbulkan oleh Thompson.
Menurut Jaksa, seperti dilaporkan The Daily Beast, tersangka sebelumya mengunggah serangkaian pernyataan di media sosial yang mengkhawatirkan. Thompson juga dinilai memiliki sejarah perilaku mengancam untuk membunuh orang lain, bunuh diri, dan bunuh diri oleh polisi.
“Di Amerika saat ini, cukup mudah untuk mendapatkan senjata api,” kata jaksa federal.
Jaksa menyuguhkan bukti baru, yaitu sebuah pesan tersangka kepada karyawan perusahaan pertukaran BitCoin pada September 2018. Pesan itu berisi bahwa tersangka ingin pergi ke Tijuana, Meksiko untuk “melakukan sedikit wisata bunuh diri medis.”
Thompson ditangkap polisi setempat pada Juli lalu atas tuduhan mencuri data milik lebih dari 106 juta nasabah Capital One. Jaksa mengklaim telah menemukan beberapa terabita data yang dicuri tersangka dari lebih 30 perusahaan lain. Data itu disimpan pada komputer yang di rumah Thompson yang telah disita saat penangkapannya.
Share: