
Dani Indra Widjarnarko, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PSN (paling kanan) dalam acara Inonesianisme Summit 2019 di Jakarta, Selasa, (13 Agustus 2019) | Foto : Eman Sulaeman/Cyberthreat.id.
Dani Indra Widjarnarko, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PSN (paling kanan) dalam acara Inonesianisme Summit 2019 di Jakarta, Selasa, (13 Agustus 2019) | Foto : Eman Sulaeman/Cyberthreat.id.
Jakarta,Cyberthreat.id - PT Pasifik Satelit Nuasantara (PSN) menargetkan untuk meluncurkan empat setelit broadband, untuk kebutuhan internet cepat hingga 2024.
Keempat satelit tersebut, adalah, satelit Nusantara Satu yang sudah diluncurkan pada Februari 2019 lalu, satelit Nuasantara Dua yang ditargetkan diluncurkan pada 2020, satelit Multi Fungsi (SMF) yang akan diluncurkan 2022, serta satu satelit yang belum diberi nama (Nusantara X) yang akan diluncurkan pada 2024.
Saat ini, yang sudah diluncurkan adalah Satelit Nusantara Satu pada Februari 2019 lalu. Satelit Nusantara Satu menggunakan platform SSL-1300 140 memiliki usia desain 15 tahun dan operasi 20 tahun dengan membawa 52 transponder yang terdiri atas 38 transpinder C Band dan 8 spotbeam KU Band dengan total kapasitas 15 Gbps. Khusus KU Band kapasitas yang dimiliki 13,6 Gbps.
“Di lihat dari sisi geografis, dan tingkat penetrasi internet saat ini, maka satelit merupakan solusi bagi penetrasi broadband di Nusantara,” kata Dani Indra Widjarnarko, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PSN dalam acara Inonesianisme Summit 2019 di Jakarta, Selasa, (13 Agustus 2019).
Menurut Dani, keempat satelit tersebut akan menghasilkan total kapasitas broadband kurang lebih sebesar 500 Gbps. Dengan perincian, masing-masing, Satelit Nuasantara Satu memiliki kapasitas 15 Gbps, Nusantara Dua 10 Gbps, Satelit Multi Fungsi 150 Gbps, serta Nuasantara X 300 Gbps.
“Dengan jumlah kapasitas sebesar itu, maka PSN memiliki total kapasitas yang terbesar di Indonesia maupun Asia,” ujar Indra.
Indra beralasan, kenapa Indonesia sangat membutuhkan satelit broadband, selain jaringan fiber optik mapun jaringan seluler. Karena, Indonesia memiliki profil demografis yang menantang.
Dia menyebut, saat ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 256 juta jiwa, dengan sekitar 17 ribu pulau, dan sekitar 5520 wilayah remote yang belum dijangkau jaringan internet. Di sisi lain, kondisi geografis yang terdiri dari pulau, dan wilayah yang sulit dijangkau, membuat kehadiran satelit mendesak dibutuhkan.
“Saat ini, konsumsi total transponder di Indonesia itu sekitar 300 transponder. Ini tentu masih kurang, kalau dilihat dari jumlah penetrasi internet yang terus tumbuh. Karena, kami ingin supaya, masyarakat kita bisa menikmati layanan internet yang memiliki kualitas yang bagus, untuk meningkatkan daya saing mereka,” ungkap Indra.
Share: