IND | ENG
Akun Medsos Gampang Diretas Bukti Keamanan Siber Masih Rentan

Logo media sosial (Freepik)

Akun Medsos Gampang Diretas Bukti Keamanan Siber Masih Rentan
Arif Rahman Diposting : Minggu, 14 April 2019 - 21:12 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Publik dikejutkan pengakuan mantan sekretaris Menteri BUMN Said Didu karena akun media sosialnya diretas dan diambil alih pihak lain. Akun Whatsapp, Facebook dan Twitter miliknya sempat tidak bisa digunakan selama beberapa jam pada Sabtu (13/4/2019) malam.

Keesokan harinya Said Didu menggelar konferensi pers menyatakan akunnya telah digunakan untuk memfitnah ulama kondang Ustad Abdul Somad. Akun WhatsApp dan Facebook bisa dikembalikan, tapi akun Twitter-nya tak bisa diselamatkan.

"Ini kasar sekali kenapa akun saya digunakan untuk mem-fitnah Ustad Abdul Somad," kata Said Didu di Jakarta, Minggu (14/4/2019) sore. 

Pakar Keamanan Siber dari Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menilai praktek pembobolan akun media sosial sangat mungkin terjadi dengan kondisi keamanan siber Indonesia yang masih rentan.

Menurut dia langkah pengamanan yang terdapat di seluruh platform media sosial sama. Yaitu melakukan otentikasi dua langkah lalu matikan layanan pihak ketiga seperti game dan aplikasi. 

"Semakin populer platform, maka semakin besar kemungkinan menjadi target peretasan," kata Pratama kepada Cyberthreat, Minggu (14/4/2019).

Ia juga meminta pengguna lebih cerdik. Nomor seluler yang dimasukkan ke fitur otentikasi adalah nomor yang tidak disebar ke publik. Ini untuk meghindari orang yang ingin melakukan kloning nomor seluler tidak tahu persis nomor mana yang dipakai. 

"Ini penting karena salah satu cara menjebol akun medsos adalah dengan melakukan kloning nomor seluler," ujarnya.

Praktisi digital marketing Tuhu Nugraha menyebut akun medsos semua orang bisa diretas. Publik figur seperti politisi dan artis lebih rentan karena berbagai kepentingan namun ia mengingatkan bahwa menjadi peretas tak perlu berstatus profesional.

"Jaga keamanan password anda. Jangan disimpan, dikasi ke orang dan rutin menggantinya. Password kini sudah bisa dicuri lewat WiFi publik," kata Tuhu.

Keamanan siber di Indonesia, kata dia, masih sangat rentan seperti keamanan data. Tuhu menyontohkan bagaimana financial technology (fintech) beroperasi dengan bebas dan menyedot data semua pengguna tanpa ada regulasi yang melindungi.

"Saat kita approve sebuah fintech misalnya, kita tidak tahu apa saja yang diambil dari kita, tapi yang pasti semua data milik kita pasti disedot," ujarnya.

Ia juga meminta pengguna untuk mempelajari security menggunakan akun medsos. Sejauh ini akun Facebook paling rentan diretas karena tahun lalu sempat dikabarkan 50 juta akunnya bocor ke publik dan diperjualbelikan di pasar gelap.

"Kalau sudah diretas secepatnya langsung lapor ke platform. Di situ kan ada menu help lalu report minta akun kita dibekukan."

#Ancaman   #Siber   #Media   #Sosial   #Keamanan   #Siber

Share:




BACA JUGA
Paket npm Berbahaya Targetkan Pengembang
Studi: 84% Perusahaan Gunakan Aplikasi SaaS yang Dibobol
Menkominfo: Pemerintah Evaluasi Sistem Keamanan Untuk Cegah Serangan Siber
Menkominfo Minta PSE Diminta Tingkatkan Keamanan Data
Mengapa Karyawan dan Vendor Eksternal Disebut Komponen Utama Pelanggaran Data?