IND | ENG
Rentan Dibobol, Apakah Indonesia Jadi Terapkan E-Voting?

Ilustrasi. | Foto: europost

Rentan Dibobol, Apakah Indonesia Jadi Terapkan E-Voting?
Nemo Ikram Diposting : Jumat, 09 Agustus 2019 - 07:30 WIB

Cyberthreat.id - Penggunaan e-voting pada pemilihan umum masih digodok terus di Indonesia. Namun dipastikan, pada 2020 sistem ini belum bisa diwujudkan. Bahkan, pemungutan suara elektronik pada Pilpres 2024 juga masih membutuhkan kajian mendalam. 

Bahkan, kata Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan, Amerika Serikat juga sudah kembali melakukan pemungutan suara manual. "Itu berdasarkan hasil komunikasi dengan Kedutaan Amerika Serikat," katanya kepada wartawan. 

Jadi, belum tentu gagasan e-voting relevan dengan kebutuhan pemilu di Tanah Air. "Sebab, pemilu membutuhkan kepercayaan dari semua pihak. Apalagi jika terjadi sengketa hasil pemilihan umum maka dokumen surat suara fisik menjadi alat bukti," katanya.

Resiko sengketa pemilu tentu saja bisa terjadi. Apalagi e-voting ini juga masih rentan diretas atau dirusak. Bahkan di Amerika, peneliti keamanan menemukan 35 sistem pemilihan umum di 10 negara bagian yang telah terhubung ke internet di beberapa titik dalam satu tahun terakhir, menempatkan mereka pada risiko diretas atau dirusak, seperti yang pertama kali dilaporkan oleh Motherboard. 

Menurut The Verge, para peneliti juga menemukan bahwa sistem pemilihan berada di belakang firewall yang bisa salah konfigurasi atau tidak aman.

Sistem ini dibuat oleh Election Systems & Software, perusahaan mesin pemungutan suara teratas di Amerika Serikat. ES&S memberi tahu Motherboard bahwa sistem tidak terhubung ke "internet publik," klaim yang dibuat perusahaan sebelum penelitian. 

Tetapi sejumlah situs yang disebut oleh para peneliti ditarik offline tidak lama setelah temuan itu diungkapkan, menunjukkan bahwa kesimpulan para peneliti itu valid.

Ini bukan kekhawatiran pertama atas praktik keamanan ES&S: pada tahun 2018, perusahaan mengungkapkan bahwa mereka menginstal perangkat lunak akses jarak jauh pada beberapa mesin pemungutan suara dari tahun 2000 hingga 2006. 

Tidak ada laporan yang menemukan bukti yang menunjukkan bahwa sistem atau penghitungan suara dimanipulasi. Namun, kerentanan yang dirahasiakan menimbulkan pertanyaan baru tentang keamanan sistem pemungutan suara AS.

Pernyataan kontradiktif dari ES&S sangat mengkhawatirkan menjelang pemilihan umum AS tahun 2020. Banyak pejabat pemerintah telah memperingatkan bahwa sistem pemilu beresiko, tetapi Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell (R-KY) belum membawa tagihan yang diusulkan untuk meningkatkan keamanan pemilu untuk pemungutan suara.

Dan, banyak mesin pemungutan suara baru yang dijualnya tidak mengikuti praktik keamanan ketat yang diperlukan untuk melawan campur tangan pemilu. 

Laporan Associated Press baru-baru ini menemukan bahwa banyak sistem pemilihan baru di Pennsylvania, termasuk yang dibuat oleh ES&S, menjalankan Windows 7, yang tidak akan lagi mendapatkan tambalan atau dukungan teknis mulai awal tahun depan, di mana saat itu Microsoft akan memerlukan biaya untuk pembaruan.

Nah, itu persoalan yang terjadi di Amerika saat ini. Jadi sangat masuk akal jika Indonesia masih perlu mengkaji ulang lebih jauh. Apalagi jika menyangkut soal sengketa nantinya. Sebab, dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi (MK) menggunakan dokumen-dokumen administrasi yang diajukan pemohon dan termohon. 

Akan tetapi, jika belum ada keyakinan terhadap dokumen tersebut maka kembali menggunakan C1 plano. Apabila C1 plano juga tidak meyakinkan maka kembali ke surat suara. "Atas pertimbangan ketersediaan fakta dokumen itulah mereka cenderung kembali ke menggunakan pemungutan suara secara manual," katanya.

Jadi dipastikan, pada Pilkada 2020, pemungutan suara masih dilakukan secara manual. Akan tetapi, KPU tengah menggagas e-recap atau rekapitulasi suara yang menggunakan teknologi informasi. "E-recap lebih mendesak dan dibutuhkan dalam Pilkada 2020 dibandingkan e-voting," katanya.

Bahkan, e-recap pun belum pasti digunakan pada Pilkada 2020. Secara teknis, KPU memiliki modal menerapkan e-recap karena beberapa sistem informasi yang sudah dilakukan seperti sistem informasi penghitungan suara KPU (situng). Situng dianggap tonggak penggunaan teknologi informasi dalam e-recap, walau masih ada kelemahannya.[]

#e-voting   #pemilu   #kpu   #hacker   #retas   #mk

Share:




BACA JUGA
Jaga Kondusifitas, Menko Polhukam Imbau Media Cegah Sebar Hoaks
Menteri Budi Arie Apresiasi Kolaborasi Perkuat Transformasi Digital Pemerintahan
Microsoft Ungkap Aktivitas Peretas Rusia Midnight Blizzard
Penjahat Siber Persenjatai Alat SSH-Snake Sumber Terbuka untuk Serangan Jaringan
Peretas China Beroperasi Tanpa Terdeteksi di Infrastruktur Kritis AS selama Setengah Dekade