
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia dan Integral Ad Science menyebut bahwa perusahaan di Indonesia menjadi target penipuan iklan digital (ad-fraud).
Pada sepanjang tahun ini, taksiran kerugian mencapai ratusan juta dolar dari aksi ad-fraud tersebut, kata Country Manager MMA Indonesia, Shanti Tolani, saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (8 Agustus 2019).
Managing Director Southeast-Asia IAS, Laura Quigley, menaksir belanja ad-fraud di Indonesia tahun ini mencapai US$ 120 juta, sedangkan skala global angkanya menembus US$ 42 miliar.
Indonesia menjadi target iklan penipuan karena skala dan volume belanja iklan yang signifikan. Menurut Shanti, industri yang menjadi target para penipu antara lain e-commerce, teknologi finansial, game, dan fast-moving consumer goods.
Berita Terkait:
Ad-fraud tersebut berasal dari peretas yang membuat bot, memanfaatkan malware yang berada dalam perangkat untuk membuat data palsu. Bentuk ad-fraud berupa iklan bertumpuk saat membuka sebuah laman.
“Sayangnya, baru 43 persen merek yang menyadari keberadaan ad-fraud,” kata Shanti. Risiko itu dapat dikurangi melalui edukasi ke pasar bahwa mereka perlu menggunakan solusi teknologi, bukan hanya memblokir situs yang dianggap menipu.
Menurut Shanti, jika menggunakan tindakan pencegahan, risiko ad fraud dapat diminimalkan sebesar 0,4 hingga 0,5 persen.
Berita Terkait:
MMA dan IAS membuat laporan bertajuk Ad-fraud Brand Safety and Viewbility Whitepaper: The State of Ad-fraud in Indonesia. Laporan ini berisi pemahaman mengenai penipuan iklan, cara meningkatkan brand safety, meningkatkan kinerja pemasaran untuk platform periklanan dan mendorong akuntabilitas dalam mobile advertising.
Share: