Maryland, Cyberthreat.id - Cyber Trinity, startup berbasis di Maryland, Amerika Serikat, mendapat pendanaan sebesar $23 juta (Rp 322 miliar) pada 29 Juli. Dana investasi ini didapatkan dari Intel Capital dan beberapa investor besar lainnya. Pengumuman itu dipublikasikan bersamaan dengan bergabungnya Tom Bossert, Homeland Security Advisor Amerika Serikat (AS). Jabatan ini aslinya bernama Deputi Asisten Presiden AS untuk Homeland Security and Counterterrorism. Wired.com menjuluki Tom Bossert sebagai Cyber Tsar-nya Presiden AS, Donald Trump.

Bisnis keamanan siber semakin prospektif seiring dengan peningkatan serangan malware dan juga maraknya pembobolan data belakangan ini. Namun keberadaan Trinity kurang menarik perhatian tanpa adanya Bossert dan dua koleganya, yang juga mantan ahli keamanan siber Gedung Putih. Pertama, Steve Ryan, CEO Trinity, yang merekrut Bossert, merupakan mantan deputi direktur NSA untuk Threat Operations Center. Kedua, Marie 'Neill' Sciarrone, Presiden Trinity. Dia adalah penasihat keamanan siber George W. Bush, mantan Presiden AS, dan juga eksekutif BAE Systems (perusahaan keamanan siber bidang aerospace).

Tim ini punya pendekatan berbeda untuk menghadapi hacker. Mereka tidak fokus kepada malware atau eksploit yang mengganggu jaringan komputer, namun fokus kepada hacker sebagai "musuh".  Mereka punya pendekatan agresif dan ingin membuat penjahat siber frustrasi.

trinitycyber.com

"Jika Anda melakukan serangan balasan ke infrastruktur hacker, mengirim pesan atau menghapus data yang mereka curi, Anda akan fokus kepada serangan balasan -- dan mungkin melanggar Computer Fraud and Abuse Act. Kongres AS telah merancang legalisasi serangan balasan terhadap hacker namun hal itu akan berakibat pada meningkatnya kerusakan dan biaya yang ditanggung klien dalam perang melawan hacker," kata Sciarrone. "Ketika Anda fokus kepada musuh daripada masalah di jaringan Anda, keunggulan Anda akan lebih baik."
 
"Kita tidak perlu meretas balik hacker. Kita perlu meretas peretasan mereka," kata Bossert menambahkan.

Ryan menyatakan bahwa Trinity akan bekerja secara tersembunyi. Operasinya akan dirancang untuk menyembunyikan aktivitas Trinity dari hacker yang menjadi target mereka. Yang pasti, Trinity akan menaklukkan serangan hacker seakan-akan serangan mereka tidak berhasil. "Penjahat siber akan menganggapnya, 'Oh sial, ini tidak berhasil,' " kata Ryan.

"Tren serangan siber global telah salah arah belakangan ini dan bisnis Amerika yang harus mengalami kerugian. Ini saatnya kita menghadapi masalah dengan solusi pencegahan yang tepat," kata Bossert. "Trinity Cyber menawarkan solusi kaliber besar untuk bisnis Amerika yang bisa mengalahkan serangan berskala negara dalam jangka panjang."

Dengan pengalaman trio bos Trinity di bidang keamanan siber dan counterterrorism, mereka diyakini mampu melakukan operasi siber tingkat tinggi. Layanan yang akan mereka berikan sama seperti yang dilakukan pemerintah federal dalam melindungi jaringan komputer Departemen Pertahanan. Gelar Cyber Tsar untuk Bossert bukan gelar kosong. Ia memimpin operasi yang mengungkap hacker yang disponsori negara Korea Selatan bertanggung jawab terhadap serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017. Timnya juga mengungkap keterlibatan militer Russia dalam serangan ransomware NotPetya sebulan kemudian.

Bossert merasa tugas counterterrorism-nya dalam menghadapi penjahat siber belum tuntas saat ia meninggalkan Gedung Putih. Dengan Trinity ia melihat kesempatan untuk melanjutkan pendekatan pertahanan pasif dan pembalasan yang agresif yang selama ini dilakukannya. "Tidak ada alasan mengapa saya tidak bisa menuntaskan hal itu dan melakukannya dengan cara klasik: untuk keuntungan," kata Bossert.

Dengan bujet keamanan siber yang diperkirakan meningkat drastis di angka $1,68 miliar (Rp 23,5 triliun) pada 2022 --menurut analisis Markets and Markets-- Trinity tampaknya akan berhasil [menjadi kaya].