
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Masih banyak perusahaan yang “memandang sebelah mata” soal serangan siber (cyberattack). Padahal, serangan siber bisa merusak reputasi dan merugikan perusahaan di era terkoneksi internet.
Survei terbaru dari Keeper Security yang bertajuk “The 2019 SMB Cybersecurity Study” menunjukkan, bahwa keamanan siber (cybersecurity) ternyata tidak menjadi prioritas utama pengusaha dalam daftar utama menyangkut bisnisnya.
Survei itu mengambil sampel lebih dari 500 pengambil keputusan tingkat senior di perusahaan yang memiliki sekitar 500 karyawan. Tujuan survei untuk mengidentifikasi kesenjangan antara kesadaran dan tindakan dalam kebutuhan keamanan bisnis.
Anehnya, survei itu menunjukkan dua dari tiga pemimpin bisnis (66 persen) tidak yakin mereka akan menjadi korban serangan siber. Padahal, penelitian Ponemon Institute for Keeper sebelumnya menunjukkan 67 persen bisnis telah diserang dalam kurun 12 bulan terakhir.
CEO Keeper Security Darren Guccione menjelaskan, mengapa pentingnya sebuah perusahaan kecil maupun besar mengutamakan cybersecurity. “Bisnis menghadapi kerentanan ketika ada penjahat siber,” tutur dia seperti diberitakan TechRadar, yang diakses Senin (29 Juli 2019).
Saat ini masih ada kesenjangan persepsi utama antara perusahaan yang tidak percaya akan menjadi korban serangan siber dengan mereka yang sadar akan terjadi serangan.
Survei Keeper menunjukkan bahwa hanya 12 persen dari pengambil keputusan perusahaan yang memahami kenyataaan bahwa serangan sangat mungkin terjadi, entah itu menyasar perusahaan skala besar maupun kecil.
Dalam survei itu juga ada perbedaan persepsi dari perusahaan yang baru lima tahun berjalan dengan mereka yang telah 10 tahun berdiri.
Bagi perusahaan yang baru lima tahun berdiri, mereka meyakini bahwa risiko serangan siber itu jauh lebih tinggi. Jumlah responden yang meyakini itu sekitar 28 persen. Sementara hanya enam persen yang meyakini serupa dari perusahaan telah beroperasi selama 10 tahun.
Ketika ditanya tentang cybersecurity, “Hanya sembilan persen dari mereka yang disurvei berpikir cybersecurity adalah aspek yang paling penting dari bisnis jika dibandingkan dengan rekrutmen, pemasaran, penjualan, kualitas alat internal dan berkontribusi untuk kebaikan sosial,” demikian survei tersebut.
Selain itu, sekitar 18 persen responden menempatkan cybersecurity sebagai aspek yang paling tidak penting.
“Perusahaan juga gagal mempersiapkan kemungkinan serangan siber dan 60 persen responden melaporkan tidak memiliki rencana pencegahan terhadap serangan siber,” tulis survei itu.
Di dunia digital saat ini, mengabaikan cybersecurity adalah jalur berbahaya yang bisa sangat merugikan bisnis dalam ukuran apa pun. Semoga studi Keeper Security dan lainnya seperti itu membantu organisasi menyadari kesalahan cara mereka sebelum terlambat.
Semuanya ada di tangan Anda, bukan?
Share: