
Ilustrasi | Foto: Faisal Hafis
Ilustrasi | Foto: Faisal Hafis
Jakarta, Cyberthreat.id - Sejumlah negara mulai serius mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk masa depan. Peta dunia AI yang dirilis Digital Watch awal April 2019 menyatakan negara maju berteknologi tinggi terus mengembangkan AI di lima strategi.
Kelima strategi mencakup riset dan pengembangan (R&D), data/bigdata, masa depan pekerjaan, etika dan kepemimpinan. Peta dunia AI membagi tiga kategori negara terkait pengembangan AI yakni merah, biru dan kuning.
Merah artinya negara tersebut tidak memiliki AI atau belum tersedia lima strategi pengembangan AI. Indonesia termasuk dalam kategori ini. Bahkan di Asia Tenggara hanya Singapura dan Malaysia yang telah mengembangkan AI untuk masa depan.
Biru artinya negara yang terus mengembangkan teknologi AI. Kelompok ini di isi negara maju seperti Inggris, Prancis, Kanada, Jerman, Swedia, Spanyol, Italia, Denmark sementara di Asia ada China, Jepang, India dan Korea Selatan.
Kuning adalah negara yang sudah lebih advanced dalam pengembangan AI yaitu Amerika Serikat, Rusia, Australia, Malaysia, Singapura dan Israel. Sejatinya, warna biru dan merah bisa dikatakan hampir sama sehingga warna merah mengundang keprihatinan.
"Strategi AI penting dalam berbagai domain seperti keamanan, kesehatan, keuangan dan pelayanan publik," tulis Digital Watch Newsletter.
AI adalah bidang ilmu komputer yang dapat melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia, juga dapat berfikir sesuai dengan yang diinginkan oleh manusia.
AI juga merupakan terminologi yang digunakan sebagai mesin pembelajar sendiri, computational neuroscience dan deep kearning. Aplikasi AI yang lazim dikenal adalah asisten pribadi sampai mobil tanpa sopir.
"Itu sebabnya negara maju berpikir AI adalah penguasa masa depan."
Baca: Ini Contoh AI dan Data Analytics Bekerja di Dunia Medis
Sejauh ini baru enam persen negara yang sudah memiliki rencana pembangunan AI nasional. Diplo Foundation menyebut sekitar 14 negara sudah mempublikasikan strategi AI sementara 20 negara lainnya menyusul. Indonesia tidak termasuk dalam 20 tersebut.
Tujuan utama AI sejauh ini adalah kemakmuran ekonomi dan kepemimpinan. China pada 2017 mempublikasikan strategi AI dengan tiga target utama yakni pada tahun 2020 mencapai pembangunan AI, tahun 2525 mencapai terobosan AI serta 2030 menjadi pemimpin teknologi AI dunia.
Jerman mengembangkan AI di isu kepemimpinan yang ingin menjadikan produk Jerman sebagai merek terkemuka di dunia. Korea Selatan mengembangkan AI untuk kemakmuran ekonomi lewat perusahaan raksasa yang mereka miliki. India punya progam AIforAll.
Jepang akan menghadapi defisit demografi dalam beberapa tahun ke depan menekankan AI lewat digitalisasi data publik. Fokusnya adalah data dan ketersediaan data sehingga PM Shinzo Abe mengusulkan Deklarasi Osaka dengan konsep Data Free Flow with Trust (DFFT).
Strategi R&D dalam pengembangan AI menekankan pentingnya kolaborasi. Tak cukup sampai di situ, insentif dan investasi yang cukup besar diperlukan untuk menopang keberlanjutannya.
Lithuania dan Kanada dalam sebuah laporan bersama yang dirilis tahun 2019 menyatakan AI bukan meningkatkan pengangguran, tapi mengobah pola bekerja.
"AI tidak dimaknai sebagai tujuan akhir, tapi bagaimana layanan publik digunakan secara maksimal demi keuntungan ekonomi dan komersil."
Kemudian AI menekankan etika dan keamanan data yang berujung kepada privasi, transparansi serta kesetaraan. Data sebagai kekuatan utama AI harus memiliki etika dan moral dalam pengembangannya.
Share: