
Duta Besar AS untuk Inggris, Woody Johnson, bersama anak-anak pertukaran pelajar CyberFirst | Foto: Akun Twitter Woody Johnson
Duta Besar AS untuk Inggris, Woody Johnson, bersama anak-anak pertukaran pelajar CyberFirst | Foto: Akun Twitter Woody Johnson
London, Cyberthreat.id - Dunia sekarang teknologi ada dimana-mana. Kereta berjalan mulus dan lancar, jalur penerbangan aman dan lancar, jaringan jauh lebih kuat, layanan pemerintahan, listrik, air serba cepat dan banyak orang semakin tertolong.
Kita bicara tentang dua kata yang berhubungan dengan seluruh kehidupan manusia. Dua kata yang akan memberikan perubahan besar-besaran, dua anak manusia bertemu di media sosial, traveling semakin cepat, roket semakin sempurna sampai ribuan bahasa ditafsirkan.
Dunia ke depan kita akan melihat musik dan film berkembang, operasi medis jauh lebih detail tanpa halangan. Teknologi kini ada dimana-mana. Kita bicara segala hal, tapi semua itu butuh PERLINDUNGAN.
Ketika teknologi menyentuh kehidupan miliaran orang dalam berbagai bentuk dan cara. Anda harus tahu Cybersecurity adalah pertahanan pertama kita. Kita bicara tentang manusia yang hidup di zaman modern.
Ini adalah CyberFirst World. Jadi, pertahankanlah!
Ucapan itu disampaikan CyberFirst Manifesto, program Cybersecurity untuk anak-anak di Inggris, di dalam konten YouTube-nya.
Badan Cyber Inggris/National Cyber Security Centre (NCSC) berupaya merangsang dan mengembangkan generasi profesional cyber Inggris.
Program yang dimulai sejak tahun 2016 aktif menggelar kegiatan tentang masa depan cybersecurity melalui berbagai macam cara seperti kompetisi, beasiswa, kursus hingga berkolaborasi dengan dunia pendidikan.
Di situsnya Cyberfirst menyebut program ini diutamakan untuk anak-anak di rentang usia 11-19 tahun. Dalam kerangka lebih besar, disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi, NCSC juga menggelar CyberFirst untuk para profesional dan mahasiswa.
CyberFirst untuk para bocah terbagi dalam berbagai kategori umur mulai dari pengenalan 11-14 tahun, program masa depan di usia 15-16 tahun hingga program profesional yang disiapkan sejak usia 16-17 tahun.
NCSA terus mengambangkan program CyberFirst tidak terbatas hanya di Inggris. Baru-baru ini mereka menggelar pertukaran pelajar Amerika Serikat dan Inggris.
Dua negara raksasa dengan tingkat penggunaan teknologi yang cukup tinggi menjemput masa depan bersama-sama.
"AS dan Inggris terlibat dalam cybersecurity bersama. Para siswa pertukaran pelajar ini sedang belajar bagaimana memainkan peranan penting di masa depan demi menjaga semua ruang (cyber) yang kritis," kata Duta Besar AS untuk Inggris, Woody Johnson, di akun Twitter-nya, Jumat (26 Juli 2019).
NCSC menyadari bakal ada stereotipe gender di dalam cybersecurity. Untuk itu, mereka menggalakkan program CyberFirst for Girls. Bayangkan, tahun 2019 lomba cybersecurity untuk anak perempuan diikuti 3389 tim yang berasal dari 841 sekolah di se-antero Britania Raya.
Terdapat 10 tim yang lolos ke final yang diselenggarakan di Edinburgh, Maret 2019. Situs NCSC tidak menerangkan lebih lanjut tim mana dan sekolah apa yang berhasil menjadi juara, tapi yang pasti mereka sudah mempersiapkan masa depan dari sekarang.
"Selamat kepada 10 finalis CyberFirst for Girls 2019," kutip pernyataan NCSC di situsnya.
Share: