IND | ENG
Layanan Grab Hasilkan Surplus  Konsumen Rp 46,14 Triliun

Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal, saat pemaparan hasil riset terhadap layanan Grab untuk dalam memberikan surplus konsumen di Jakarta, Selasa, (23 Juli 2019) | Foto : Eman Sulaeman/Cyberthreat.id

Layanan Grab Hasilkan Surplus Konsumen Rp 46,14 Triliun
Eman Sulaeman Diposting : Selasa, 23 Juli 2019 - 14:56 WIB

Jakarta, Cyberthreat.id - Centre for International and Strategic Studies (CSIS) dan lembaga riset Tenggara Strategics melakukan sutudi terhadap layanan Grab untuk mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sisi konsumen.

Studi tersebut fokus pada surplus konsumen yang dirasakan oleh konsumen GrabBike dan GrabCar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Riset yang dilakukan selama 2018 itu, dinilai  penting untuk mengevaluasi dampak teknologi terhadap perekonomian secara lebih komprehensif.

Hasil riset tersebut, menyimpulkan,  teknologi Grab mampu berkontribusi sekitar Rp 46,14 triliun dalam surplus konsumen untuk wilayah Jabodetabek pada 2018. Surplus konsumen yang diperoleh konsumen GrabBike adalah Rp 5,73 triliun, sementara GrabCar berkontribusi sebesar Rp 40,41 triliun.

Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal mengatkan, surplus konsumen adalah manfaat yang diperoleh konsumen dari membeli barang atau jasa pada harga yang lebih rendah dari jumlah harga maksimal yang sebenarnya rela mereka bayar.  

Harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dikurangi harga pembelian dari suatu transaksi disebut sebagai surplus konsumen.

Sebagai contoh, jika seseorang bersedia membayar Rp 200.000 untuk sebuah perjalanan dari rumahnya ke Bandara Soekarno-Hatta sementara harga yang diberikan Grab untuk perjalanan tersebut adalah Rp150.000, maka orang tersebut memperoleh surplus konsumen sebesar Rp50.000.

“Layanan Grab memungkinkan pelanggan menghemat uang yang awalnya telah mereka persiapkan untuk melakukan perjalanan dari titik A ke titik B. Uang yang dapat disimpan dari sebelumnya dialokasikan untuk melakukan perjalanan, sekarang dapat digunakan untuk membeli barang-barang lainnya. Artinya, pelanggan dapat memanfaatkan surplus yang dinikmati untuk membeli barang atau jasa yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya,” kata Yose di Jakarta, Selasa, (23/7).

Yose menuturkan, studi surplus konsumen Grab ini merupakan penelitian ekonomi digital pertama di Asia Tenggara yang menggunakan mahadata untuk menghitung surplus konsumen.

Penelitian ini, lanjut Yose, memberikan nuansa baru kepada studi yang telah ada dengan mencangkup implementasi dari strategi hyperlocal yaitu GrabBike, perbedaan yang signifikan dari segi harga transaksi, volume, dan metode pembayaran, serta perbedaan dari perilaku dan pilihan-pilihan moda transportasi bagi konsumen.

“Teknologi digital Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi landasan pembangunan ekonomi inklusif di Indonesia. Penerima manfaat terbesar dari perkembangan ekonomi digital adalah dunia usaha, terutama UKM, dan konsumen. Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya bisa dirasakan secara optimal,” ungkap Yose.

Menurut Yose, studi ini juga mencoba menghitung kontribusi teknologi Grab, sebagai salah satu pelaku paling inovatif teknologi digital, terhadap perekonomian Indonesia. Studi ini tidak hanya mengungkapkan berbagai manfaat yang didapatkan oleh mitra Grab, seperti mitra pengemudi maupun mitra usaha, tetapi juga manfaat bagi pelanggan pengguna jasa.

“Penghitungan surplus konsumen dengan menggunakan analisis big data ini pertama kali dilakukan di Asia Tenggara,” ujar Yose.

#Grab   #CSIS   #Tenggarastrategics   #riset   #Grabike   #grabcar   #surpluskonsumen   #ekonomidigital

Share:




BACA JUGA
Luncurkan Markas Aceh, Wamen Nezar Dorong Lahirnya Start Up Digital Baru
Wujudkan Visi Indonesia Digital 2045, Pemerintah Dorong Riset Ekonomi Digital
Ekonomi Digital Ciptakan 3,7 Juta Pekerjaan Tambahan pada 2025
Pelindungan Konsumen Perkuat Kepercayaan pada Keuangan Digital
Wamenkominfo Nezar Patria Dorong Startup Kembangkan Alternatif Pendanaan