
Jack Ma saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor pada1 September 2018. | Foto: Biro Pers Setpres
Jack Ma saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor pada1 September 2018. | Foto: Biro Pers Setpres
Cyberthreat.id – Jack Ma, pendiri Alibaba, kembali ke China setelah berbulan-bulan melakukan perjalanan ke luar negeri. Pada Senin (27 Maret 2023) ia mengunjungi sebuah sekolah di Hangzhou, kota yang menjadi kantor pusat perusahaannya.
Dalam setahun terakhir, Ma tak banyak muncul dalam pemberitaan dan dalam "pengawasan" pemerintah China imbas dari bisnisnya yang dinilai melanggar aturan antimonopoli. Ia melakukan perjalanan ke luar negeri seperti ke Eropa, Jepang, Thailand, dan Hong Kong.
Ma mengunjungi Sekolah Yungu yang didirikan dirinya bersama mitra Alibaba, menurut unggahan akun WeChat sekolah tersebut, dikutip dari Associated Press, diakses Kamis (30 Maret). Ia berbicara tentang teknologi termutakhir, seperti chatbot kecerdasan buatan ChatGPT dan keinginannya untuk terus belajar. (Baca: Masa Depan Teknologi AI, Ini Pandangan Jack Ma dan Elon Musk)
Ma mendirikan perusahaan e-commerce terkemuka Alibaba pada 1990-an dan pernah menjadi orang terkaya di China. Namun, sejak November 2020, ketika pandemi Covid-19 melanda, Ma bak di telan bumi dari publik. Ia dikabarkan ditangkap pemerintah China setelah secara terbuka mengkritik regulator dan sistem keuangan China dalam sebuah pidatonya di Shanghai.
Tak lama setelah kejadian itu, regulator China menahan penawaran umum saham perdana dari afiliasi Alibaba, Ant Group, yang telah mengumpulkan US$34,5 miliar—sebuah penawaran saham terbesar di dunia saat itu. Alibaba justru diselidiki dan didenda sebesar US$2,8 miliar karena dinilai telah melanggar aturan antimonopoli.
Dalam kunjungan ke sekolah itu, Ma yang mengundurkan diri sebagai ketua Alibaba pada 2019, berharap saat ini bisa fokus pada urusan filantropi. Pada Januari lalu, dia menyerahkan kendali Ant, perusahaan teknologi keuangan, di tengah perombakan struktur kepemilikan sahamnya.
China saat ini tengah berupaya meningkatkan kepercayaan pada sektor swasta setelah tindakan keras pemerintah terhadap perusahaan teknologi, game online, dan fintech.[]
Share: