
AIIMS. Foto: collegedunia.com
AIIMS. Foto: collegedunia.com
Cyberthreat.id – India menuding peretas yang menyerang salah satu rumah sakit terbesar di negara itu ada kemungkinan terkait dengan China.
Penyelidikan Departemen Dalam Negeri India dan Satgas Anti-teror Badan Investigasi Nasional mendapati alamat internet protocol (IP) dari dua email yang digunakan peretas diduga berasal dari Provinsi Henan China dan Hong Kong.
Serangan itu menargetkan All India Institute of Medica Sciences (AIIMS), rumah sakit utama milik pemerintah India.
Pelacakan memang mengarahkan alamat server ke China, “Tetapi, ahli keamanan siber mengatakan itu tidak berarti bahwa peretas berada di sana,” tulis Channel News Asia diakses Jumat (30 Desember 2022).
Rumah sakit yang memiliki kapasitas lebih dari 12.000 pasien setiap hari terkena serangan siber pada 23 November lalu.
Insiden siber itu menyebabkan masyarakat tidak bisa mendaftarkan pasien baru, bahkan dokter juga tidak dapat mengakses rekam medis atau laporan.
Belakangan terungkap bahwa lima server yang menyimpan data lebih dari 30 juta pasien, termasuk catatan kesehatan mantan perdana menteri, politisi papan atas, dan birokrat—terkena peretasan.
Untuk memulihkan insiden tersebut, rumah sakit butuh waktu berminggu-minggu.
Beberapa hari usai serangan itu, serangan juga mengganggu situsweb Indian Council of Medical Research, badan medis terkemuka di India. Tercatat ada 6.000 upaya peretasan ke situsweb tersebut.
Ahli keamanan siber setempat Pawan Duggal mengatakan, insiden tersebut semakin menunjukkan desakan bagi India untuk membentengi sektor kritis dan inti.
Sekaligus, hal itu menunjukkan India tidak memiliki protokol keamanan siber. Meski pemerintah telah menyusun undang-undang privasi data, tak ada perlindungan data yang cukup, katanya.
Menurut dia, serangan siber terhadap sektor kesehatan bisa menghambat upaya pemerintah membuat basis data catatan kesehatan secara digital.
Berdasarkan data perusahaan keamanan siber Surfshark, India menempati urutan keenam secara global dalam hal serangan digital. Lebih dari 960 juta orang India telah menjadi korban pelanggaran data dalam 18 tahun terakhir.
Yang makin memperumit ialah rendahnya tingkat literasi digital di India, terlebih semakin murahnya ponsel dan data seluler yang mudah tersedia, sehingga memberi jutaan orang bisa mengakses internet.
“Waktunya telah tiba bagi India untuk memiliki kementerian yang berdedikasi pada keamanan siber. Pada akhirnya, kita membutuhkan lebih banyak pembangunan kapasitas, lebih banyak kesadaran dan pendidikan untuk membuat kita tidak terlalu rentan,” kata Duggal.[]
Share: