
Ilustrasi | Foto: autodesk.com
Ilustrasi | Foto: autodesk.com
Jakarta, Cyberthreat.id – Sejak pemerintah meluncurkan peta jalan Industri 4.0, pelaku industri di Tanah Air ternyata belum sepenuhnya siap bertransformasi ke arah digitalisasi.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Data Manusia Industri Kementerian Perindustrian, Eko Cahyono, mengatakan, industri yang sudah “hijrah” ke industri 4.0 berada di skala 2 – 2,5 dari skala tertinggi 5.
“Salah satu alasan kenapa kita belum bisa mencapai industri 4.0 karena masih banyak perusahaan atau pelaku industri yang bersifat 2.0. Mereka belum masuk ke tahap 3.0 yaitu automotisasi yang selanjutnya ke tahap 4.0,” kata Eko di Jakarta, Kamis (18 Juli 2019).
Menurut Eko, masih banyak hal penting yang harus diperbaiki terkait dengan implementasi industri 4.0, di antaranya, infrastruktur, sumber daya manusia, reformasi birokrasi, investasi, dan APBN.
Namun, masalah utama yang dihadapi saat ini, terutama pada SDM yang belum begitu siap. “Dari semuanya itu, masalah utama adalah sumber daya manusia yang tidak kompeten dan kultur kerja yang belum bisa diserap oleh para pekerja,” katanya.
Berkaitan dengan itu, Kemenperin berusaha meningkatkan kualitas SDM terutama yang sesuai dengan kebutuhan para pelaku industri, salah satunya menghubungkan (link and match )antara industri dan sekolah vokasi (SMK). Nanti, siswa SMK diberi kesempatan untuk melakukan kerja magang di industri agar siap bekerja setelah lulus.
Kemenperin juga memiliki unit pendidikan atau sekolah vokasi yang dibina oleh pemerintah. Yaitu, ada delapan politeknik, sembilan sekolah kejuruan, dan tujuh balai diklat yang tersebar di seluruh Indonesia. Unit pendidikan ini mengusung konsep link and match antara industri dan lembaga pendidikan.
“Program studi yang ada di sekolah binaan kami itu tidak ada di sekolah kejuruan lain. Misalnya otrotonik, audio video, dan robotic, itu disesuaikan dengan kebutuhan industri,” kata dia.
Kompetensi keahlian lainnya, yaitu teknik permesinan, instalasi pemanfaatan listrik, elektronika, kimia industri, pengelasan, perbaikan bodi otomotif, pemeliharaan mekanik industri, konstruksi kapal baja, mekatronika, alat berat, dan pengecoran logam. Selanjutnya, teknik pembuatan benang, produksi pakaian jadi, furnitur, kontrol mekanik, manajemen pergudangan, dan pelayanan produksi.
Tak hanya itu, Kemenperin juga akan membangun Pusat Inovasi Digital Industri (PIDI) 4.0 di Jakarta selatan. Rencana, PIDI 4.0 akan menjadi percontohan ekosistem industri digital sehingga dapat di terapkan untuk adopsi teknologi 4.0 bagi para pelaku industri.
Redaktur: Andi Nugroho
Share: