
illustrasi
illustrasi
Cyberthreat.id – Menteri Administrasi Publik Montenegro, Maras Dukaj, mengungkapkan bahwa lembaga di negara tersebut menjadi korban serangan ransomware yang membuat sejumlah layanan tidak tersedia.
“Kami meyakini bahwa geng ransomware bertanggung jawab atas kerusakan dan gangguan yang diakibatkan oleh serangan siber,” ungkap Dukaj dalam keterangannya di salah satu televisi lokal negara tersebut
Dukaj mengatakan, efek dari insinden siber ini berlanjut hingga hari kesepuluh. Bahkan, sang peretas telah meminta tebusan sebesar $10 juta atau senilai Rp 149 M, jika pemerintah Monterago ingin membuka enkripsi sistemnya.
Ia juga menambahkan, saat ini pemerintah Monterago belum bisa memberikan perkiraan kapan layanan tersebut akan tersedia.
Tuduhan palsu dan Kuba
Sebelumnya, Dukaj sendiri, bersama dengan Menteri Pertahanan Montenegro, mengatakan kepada media lokal bahwa mereka memiliki cukup bukti untuk mencurigai serangan siber diarahkan oleh layanan Rusia.
Ini memberi insiden itu rona geopolitik dan memobilisasi sekutu NATO negara Balkan untuk membantu mereka dengan respons insiden, pertahanan, dan perbaikan.
Namun, keesokan harinya, geng ransomware Kuba mendaftarkan Parlemen Montenegro (Skupstina) sebagai korbannya dan mengklaim telah mencuri dokumen keuangan, korespondensi dengan bank, neraca, dokumen pajak, kompensasi, dan bahkan kode sumber.
Bahkan geng ransomware ini juga mempublikasikan data-data milik pemerintah Monterago secara gratis. Sehingga, siapapin bisa mengunduh data-data ini tanpa batasan apapun.
Seperti diketahui, Cuba ransomware telah menunjukkan evolusi penting akhir-akhir ini. Tiga minggu lalu, para peneliti melihat perangkat baru yang digunakan oleh geng tersebut bersama dengan taktik, teknik, dan prosedur yang sebelumnya tidak terlihat.
Pada bulan Juni, Cuba ransomware memperbarui enkripsinya dengan opsi tambahan dan menyiapkan saluran komunikasi untuk "dukungan korban langsung." Perubahan penting lainnya diamati dalam lingkup penargetan grup. Pada tahun 2021, Kuba sangat fokus pada organisasi yang berbasis di AS.
Share: