
Ilustrasi | Foto: Freepik
Ilustrasi | Foto: Freepik
Jakarta,Cyberthreat.id -OutSystems, perusahaan penyedia platform low-code terkemuka, mengumukan fitur kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) dan pembelajaran mesin (machine-learning / ML) ke dalam paltform pengembangan low code mereka.
Fitur ini mampu memanfaatkan otomatisasi dalam membuat portal pelayanan mandiri (self-service), menanggapi permintaan via teks dan suara, meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan, dan sebagainya.
António Alegria, Kepala Kecerdasan Buatan OutSystems mengatakan, dengan kemampuan AI ini, pengembang dapat membangun saluran keterlibatan baru dalam aplikasi mereka sendiri, serta menghubungkan pelanggan dan pengguna dengan bantuan dan informasi yang mereka butuhkan di mana saja dan kapan saja.
“Kemampuan ini akan memungkinkan organisasi untuk membuat dan mengaktifkan fungsionalitas berbasis suara untuk asisten virtual seperti Google, Siri, dan Alexa serta chatbots yang mendukung Facebook Messenger, Cortana, Skype, dan banyak lagi. Tidak ada pengalaman ilmu data atau keahlian in-house khusus yang diperlukan,” kata Alegria melalui siaran pers, Senin, (15 Juli 2019).
Sementara, Mark Weaser, Vice President OutSystems APAC menambhakan, peluncuran fitur AI ini, adalah bukti potensi AI dalam merevolusi pengembangan perangkat lunak, dengan studi kasus pengembangan dari penggunaan di arsitektur atau pembangunan aplikasi.
“Langkah ini seiring dengan komitmen kami yang semakin kuat untuk mendukung berbagai industri di wilayah Asia Pasifik, di mana pengalaman pengguna yang mulus, responsif, dan penyampaian nilai tambah yang dipercepat menjadi sangat penting bagi keberhasilan bisnis,” jelas Mark.
Berdasakan, prediksi dari Gartner, pada tahun 2020, 85% relasi pelanggan dengan perusahaan akan dapat dikelola tanpa adanya interaksi antara manusia.
“Di seluruh Asia Pasifik, organisasi mengharapkan integrasi yang lebih besar antara AI dan pengalaman pelanggan dengan memanfaatkan kemampuan AI dalam meningkatkan titik sentuh dengan pelanggan melalui data,” tulis Gartner dalam blognya.
Sementara, menurut state of development report tahun 2019, hanya 36% organisasi di Asia Pasifik yang memiliki tim pengembangan aplikasi yang lebih besar daripada tahun lalu, dan para ahli AI/ML dinilai sebagai sumber daya yang paling sulit untuk diperoleh di wilayah tersebut.
Share: