
Tersangka Doni Salmanan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (15 Maret 2022). | Foto: ANTARA/Reno Esnir
Tersangka Doni Salmanan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (15 Maret 2022). | Foto: ANTARA/Reno Esnir
Cyberthreat.id – Kepolisian menyebut bahwa Doni Salmanan tak melakukan perdagangan (trading) di aplikasi Qoutex.
Doni yang seringkali dijuluki crazy rich asal Bandung itu hanya sebagai afiliator binary option di Qoutex.
“DS tidak main trading di Qoutex, tapi hanya menjadi afiliator untuk mendapatkan member bermain di Qoutex,” ujar Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigjen Asep Edi Suhendi di Jakarta, Selasa (15 Maret 2022) dikutip dari Antaranews.com.
Afiliator binary option, kata Asep, ialah sales freelance yang mendapatkan imbalan hasil ketika mengajak orang lain bergabung sebagai anggota (member).
Sebagai sales, Doni mendapatkan untung dari hasil transaksi yang dilakukan oleh para afiliasi (anggota) yang melakukan perdagangan di situsweb Quotex.
Qoutex dirilis pertama pada 2019 yang mempromosikan sebagai aplikasi perdagangan mata uang asing. Situsweb ini tidak terdaftar di Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dan telah dinyatakan ilegal. (Baca: Polisi Sita Aset Crazy Rich Doni Salmanan Senilai Rp60 Miliar)
Mobil Porsche seri 911 Carrera 4s milik Doni Salmanan yang disita polisi. | Foto: Antara
Untuk bermain di Qoutex, anggota harus menaruh sejumlah uang terlebih dulu sebagai modal. Selanjutnya, ia memasang atau mempertaruhkan modalnya itu untuk menebak harga nilai valuta asing dalam waktu yang sudah ditentukan.
Keuntungan yang didapat Doni, kata Asep, pertama yaitu sebesar 80 persen jika anggota mengalami kekalahan saat bermain di Qoutex. Lalu, keuntungan kedua sebesar 20 persen jika anggota menang bermain trading.
Selama ini, Doni seolah-olah mendapatkan uang miliaran rupiah dari hasil trading di Qoutex, padahal tidak sama sekali. Polisi menyebut ia sengaja pamer kekayaan (flexing) untuk meyakinkan masyarakat yang menonton video-video YouTube-nya agar ikut bergabung dan bermain trading di Qoutex.
"Motivasi tersangka ingin mendapatkan keuntungan secara pribadi dan menjadikan perbuatan tersebut sebagai mata pencaharian," kata Asep.
Pekan lalu, Doni, pemilik akun YouTube King Salmanan, ditetapkan sebagai tersangka dugaan pelanggaran UU ITE, KUHP, dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait perdagangan di aplikasi Qoutex.
Doni dianggap melawan hukum dengan cara membuat video di YouTube yang berisi “berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam bertransaksi elektronik”.
Menurut Asep, dalam video yang dibuat tersebut, Doni mempromosikan perdagangan yang menjanjikan keuntungan, bahkan disertai peragaan oleh Doni yang seolah-olah melakukan transaksi melalui Qoutex dan penarikan (withdraw) dengan untung miliaran rupiah.
"Para korban yang tertarik dengan promosi video tersebut melakukan transaksi elektronik seolah-olah melakukan trading melalui Quotex yang akhirnya mengalami kerugian materiel," tutur Asep.
Dalam perkara ini, Doni Salmanan dijerat dengan Pasal 45 ayat (1) juncto Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang ITE dengan ancaman enam tahun penjara.
Selain itu, Pasal 378 KUHP dengan ancaman empat tahun penjara dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan ancaman 20 tahun penjara dan denda maksimal Rp10 miliar.[]
Share: