
Signal | Foto: CNET
Signal | Foto: CNET
Cyberthreat.id – Platform pesan daring, Signal, diterpa kabar mengalami serangan peretasan.
Kabar tersebut beredar di tengah ramainya serangan siber yang terjadi di seputar konflik Ukraina dan Rusia.
Namun, perusahaan menyangkal rumor tersebut melalui akun Twitter-nya, Senin (28 Februari 2022).
“Kami mendengar rumor ini muncul di pesan yang diteruskan (messages forwarded) di beberapa aplikasi,” tulis Signal.
“Ini keliru dan Signal tidak sedang diserang,” perusahaan menambahkan.
Perusahaan mengatakan bahwa platformnya sedang mengalami peningkatan jumlah pengguna di Eropa Timur, lalu beredar rumor bahwa Signal diretas.
“Signal tidak diretas. Kami yakin rumor ini adalah bagian dari kampanye misinformasi terkoordinasi yang dimaksudkan untuk mendorong orang menggunakan alternatif yang kurang aman,” tutur Signal.
Januari lalu, Brian Acton, salah satu pendiri WhatsApp dan pemodal Signal, ditunjuk sebagai CEO Signal sementara.
Signal menjadi pesaing WhatsApp dalam hal keamanan, sama-sama mempromosikan layanan terenkripsi end-to-end. Bahkan, WhatsApp memakai enkripsinya Signal. Bedanya, Signal sepenuhnya open source, yang berarti kerentanannya dapat diperiksa oleh peneliti keamanan luar, WhatsApp menggunakan penerapan miliknya sendiri.
Signal didirikan oleh seorang peneliti keamanan yang menggunakan nama Moxie Marlinspike, yang baru—baru ini mengundurkan diri dari posisi CEO—untuk profil publiknya. Hingga 2018, platform ini cukup khusus dan hanya orang-orang di bidang keamanan siber yang memakainya.[]
Share: