IND | ENG
Kontroversi Pegasus: Polisi Israel Akui Pakai Spyware Tanpa Izin Pengadilan

Ilustrasi via Time News

Kontroversi Pegasus: Polisi Israel Akui Pakai Spyware Tanpa Izin Pengadilan
Yuswardi A. Suud Diposting : Rabu, 02 Februari 2022 - 19:53 WIB

Cyberthreat.id - Kepolisian Israel pada hari Selasa (1 Februari 2022) mengatakan telah menemukan bukti penyalahgunaan  spyware canggih oleh penyelidiknya sendiri untuk mengintip telepon warga Israel.

Dilansir Associated Press, pengumuman itu muncul dua minggu setelah sebuah surat kabar Israel melaporkan serangkaian kasus polisi menggunakan perangkat lunak Pegasus buatan NSO Group untuk mengawasi pengunjuk rasa, politisi, dan tersangka kriminal tanpa izin dari hakim. Laporan itu menyebabkan kemarahan di Israel dan mendorong jaksa agung dan anggota parlemen  meluncurkan penyelidikan. (Lihat: Jaksa Agung Israel Perintahkan Penyelidikan terhadap Spyware NSO Group)

Bulan lalu, polisi mengatakan penyelidikan internal awal tidak menemukan bukti penyalahgunaan spyware  kontroversial itu. Tetapi pada hari Selasa, polisi mengatakan inspeksi sekunder "menemukan bukti tambahan yang mengubah aspek-aspek tertentu dari keadaan."

Pernyataan itu tidak spesifik menyebutkan NSO, yang menunjukkan bahwa produk pengawasan yang dikembangkan oleh perusahaan Israel lainnya mungkin berada di bawah pengawasan. Perusahaan tidak berkomentar.

Polisi sebelumnya membantah temuan surat kabar itu dan mengatakan mereka beroperasi sesuai hukum.

Mengingat temuan polisi, Jaksa Agung Israel, Avichai Mandelblit, mengatakan dia telah menginstruksikan polisi “untuk segera mengadopsi prosedur untuk mencegah pelanggaran wewenang.”

Mandelblit, yang masa jabatan enam tahunnya berakhir pada Selasa kemarin, juga mengatakan dia menginstruksikan tim pencari fakta untuk menyerahkan laporan tentang tuduhan pengawasan yang tidak sah terhadap warga sipil pada 1 Juli tahun lalu.

NSO adalah pembuat cyberware ofensif paling terkenal di Israel, tetapi bukan satu-satunya. Produk andalannya, Pegasus, memungkinkan operator untuk menyusup dengan mulus ke ponsel target dan mendapatkan akses ke konten perangkat, termasuk pesan dan kontak, serta riwayat lokasi.

NSO telah menghadapi peningkatan pengawasan atas Pegasus, yang telah dikaitkan dengan pengintaian terhadap aktivis hak asasi manusia, jurnalis, dan politisi di seluruh dunia.

Pada bulan November, Departemen Perdagangan AS memasukkan NSO ke daftar hitam, bersama dengan pesaing Israel, Candiru, melarang perusahaan tersebut menggunakan teknologi AS tertentu, dengan mengatakan bahwa alatnya telah digunakan untuk “melakukan penindasan transnasional.”

Target yang dikonfirmasi atau diduga termasuk jurnalis Meksiko dan Saudi, mantan istri penguasa Dubai, aktivis hak asasi manusia Palestina, diplomat AS yang berbasis di Uganda, dan diplomat Finlandia.

Sejak meluncurkan platform pengawasan Pegasus pada pertengahan 2010, NSO Group telah menjual akses ke puluhan pemerintah di seluruh dunia. NSO mengatakan alat yang dikembangkannya untuk melawan kejahatan dan terorisme.

Laporan terbaru New York Times yang dipublikasikan pada 28 Januari lalu   menyebut FBI di Amerika Serikat juga pernah membeli lisensinya. Lebih jauh, New York Times menyorot spyware Pegasus digunakan oleh pemerintahan Benjamin Netanyahu dalam beberapa tahun terakhir sebagai "senjata diplomatik" untuk normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab. Uni Emirat Arab dan Arab Saudi,misalnya, disebut-sebut sebagai pengguna Pegasus. 

NSO tidak mengidentifikasi kliennya tetapi mengatakan menjual produknya hanya kepada badan keamanan negara setelah menerima persetujuan dari Kementerian Pertahanan Israel. NSO mengatakan tidak mengontrol bagaimana kliennya menggunakan perangkat lunak dan tidak memiliki pengetahuan tentang siapa yang menjadi sasaran.

Spyware buatan NSO itu juga dikabar terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi dan koresponden Washington Post. [Lihat: Amerika Sebut Putra Mahkota Saudi Dalangi Pembunuhan Khashoggi yang Libatkan Penyadapan WhatsApp]

Dalam gugatan WhatsApp terhadap NSO pada April  2020, disebutkan bahwa Indonesia termasuk negara yang membeli lisensi alat peretas Pegasus. Namun, pemerintah Indonesia tak pernah secara terbuka mengakuinya. (Lihat: Ada Indonesia dalam Gugatan Peretasan WhatsApp Memakai Pegasus Buatan NSO Israel).[]

#spyware   #pegasus   #nsoisrael

Share:




BACA JUGA
Grup Spionase Cyber ​​Rusia Sebarkan Worm USB LitterDrifter
Spyware CanesSpy Ditemukan dalam Versi WhatsApp Modifikasi
Spionase Siber Iran Targetkan Sektor Keuangan dan Pemerintahan di Timur Tengah
Aktor Ancaman QakBot Masih Beraksi, Menggunakan Ransom Knight dan Remcos RAT dalam Serangan Terbaru
Google Tambal Zero-day yang Dieksploitasi Vendor Spyware Komersial