
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Ilustrasi | Foto: freepik.com
Cyberthreat.id – Aktivitas pemenuhan konsumsi diprediksi pada 2030, terutama di negara-negara maju, akan dilakukan secara daring.
Hal tersebut yang akan mendorong penggunaan pembayaran digital meningkat, ujar pejabat Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis (6 Januari 2022), dikutip dari Antaranews.com.
“Masyarakat di masa depan lebih didominasi anak muda yang adaptif dengan perkembangan teknologi sekaligus menjadi pelaku dan penopang utama konsumsi global,” kata Deputi IV Ekonomi Digital Mohammad Rudy Salahuddin di muka mahasiswa ITB Stikom Bali secara virtual.
Ia mengutip hasil survey Google dan Temasek pada 2021 menyangkut More Society 5.0 yang menunjukkan kuatnya kondisi digitalisasi tersebut.
Dalam studi itu, kata dia, pada 2020 sekitar 75 persen penduduk ASEAN telah terkoneksi internet dengan jumlah pengguna sebanyak 440 juta orang. Dari jumlah itu, 350 juta orang memanfaatkan layanan ekonomi digital dan 60 juta lain adalah pengguna baru lantaran didorong situasi pandemi Covid-19.
"Gambaran ini menunjukkan mungkin pada 10 atau 20 tahun mendatang tidak ada lagi istilah ekonomi digital karena semua ekonomi sudah terdigitalisasi," ujarnya.
Sementara prediksi data Kementerian Kominfo RI, lanjut dia, hingga 2030 Indonesia membutuhkan tambahan 9 juta talenta digital atau sekitar 600 ribu orang per tahun.
"Ini untuk mendukung usaha bisnis digital seperti UMKM, e-commerce, edutech, healthtech, dan lain-lain. Ini peluang bagi para lulusan teknologi Informasi," ujar Mohammad.[]
Share: